
Jatuh Tempo Oktober 2020, Waskita Siap Bayar Obligasi Rp2,5 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten BUMN konstruksi PT Waskita Karya Tbk (WSKT) siap mengalokasikan dana dari kas internal perusahaan untuk membayar dua seri surat utang atau obligasi berkelanjutan yang akan jatuh tempo senilai Rp 2,51 triliun pada 16 Oktober mendatang.
Direktur Keuangan Waskita Karya Taufik Hendra Kusuma mengatakan obligasi tersebut yakni dua seri Obligasi Berkelanjutan yang diterbitkan perusahaan pada tahun 2015 dan tahun 2017.
"Aman, kami sudah siapkan kas internal, juga ada kombinasi dari piutang, meski ada peluang miss match, tapi nanti diantisipasi dengan bridging [bridging loan]," katanya dalam Media Visit bersama Direktur Keuangan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) Anton Y Nugroho, di kantor CNBC Indonesia, Senin (24/8/2020).
Mengacu data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dua obligasi Waskita tersebut yakni Obligasi Berkelanjutan I Waskita Karya Tahap II Tahun 2015 Seri B sebesar Rp 1,15 triliun jatuh tempo pada 16 Oktober 2020. Obligasi ini memberikan yield atau imbal hasil per tahun 11,1%, dan dicatatkan pada 19 Oktober 2015.
Obligasi kedua yakni Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap I Tahun 2017 Seri A senilai Rp 1,369 triliun jatuh tempo pada 16 Okotober 2020. Obligasi dengan yield 8% per tahun ini dicatatkan pada 9 Oktober 2017.
Adapun untuk anak usahanya, WSBP, utang jatuh tempo perusahaan masih lama yakni 5 Juli 2022 dan 30 Oktober 2022. Obligasi yang dimaksud adalah Obligasi Berkelanjutan Waksita Beton Precast Tahap I Tahun 2019 Rp 500 miliar dan Obligasi Berkelanjutan I Waskita Beton Precast Tahap II Tahun 2019 Rp 1,5 triliun.
Taufik Hendra juga mengatakan perseroan akan melakukan divestasi (penjualan saham) 2 ruas tol milik perusahaan yakni Kanci-Pejagan dan Pejagan-Pemalang dengan target divestasi mencapai sekitar Rp 6 triliun. Sudah ada 8 calon investor yang siap membeli.
Divestasi ini diharapkan bisa selesai pada akhir tahun ini mengingat prosesnya membutuhkan waktu.
"Ada 8 [investor] yang nawar, untuk Pejagan-Pemalang dan Kanci-Pejagan, dua ruas tol ini punya traffic paling tinggi. Memang ini belum final, kan belum lagi due dilligence [uji tuntas]," katanya.
Dia mengatakan sebanyak 8 calon investor tersebut sebagian besar berasal dari investor lokal.
Menurut dia salah satu ruas tol yang akan didivestasi yakni Kanci-Pejagan memiliki kinerja yang positif. Bahkan dalam satu bulan terakhir traffic-nya saat pandemi mencapai 70% dari kondisi normal.
Tol Kanci-Pejagan adalah jalan tol yang menghubungkan Kanci di Cirebon hingga Pejagan di Brebes. Jalan tol ini melintasi Kota dan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Brebes.
"Satu bulan yang lalu traffic tinggi, kan orang [investor] mikir, kondisi kayak gini [pandemi] saja ramai," katanya.
"Kita ga lepas semua, di Kanci-Pejagang misalnya sekitar 40%, ada underlying RDPT [reksa dana penyertaan terbatas] juga. Dana divestasi untuk bayar utang, dan kombinasi untuk investasi lagi," jelas mantan Direktur PT Starone Mitra Telekomunikasi dan Group Head PT Indosat Tbk ini.
Tol Kanci-Pejagang sepanjang 35 km, dikelola oleh PT Semesta Marga Raya (SMR). Saat ini, anak usaha Waskita yakni PT Waskita Toll Road (WTR) memiliki saham SMR 100% melalui PT Waskita Transjawa Toll Road dan PT Trans Jawa Paspro Jalan Tol.
Sementara tol Pejagan-Pemalang sepanjang 57,5 km, dikelola PT Pejagan Pemalang Toll Road (PPTL). Saat ini, WTR memiliki saham melalui entitas anaknya sebesar 99,99% dan sisanya sebesar 0,01% dimiliki oleh induk Waskita Karya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jaga Kepercayaan Publik, Waskita Berkomitmen Perkuat Tata Kelola