
Jangan ketinggalan! Ini Prediksi Harga Emas Pekan Depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepekan ini harga emas dunia bergerak dengan fluktuasi tinggi. Pada akhirnya harga logam kuning harus jatuh 0,22% dibanding posisinya pekan lalu.
Pada perdagangan pasar spot kemarin, harga emas dunia dibanderol di US$ 1.939,4/troy ons, turun 0,16% dibanding posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Setelah mencetak rekor tertingginya dalam sejarah, harga emas mulai goyah.
Harga emas sempat anjlok signifikan hingga lebih dari 4% dalam sehari. Penurunan tersebut dinilai merupakan koreksi yang sehat lantaran emas sempat reli tak terhenti dalam 9 pekan berturut-turut.
Namun setelah melorot, harga emas agaknya susah bangkit ke level sebelumnya. Jika melihat ke belakang, reli emas yang tak terbendung sejatinya didukung dengan pelemahan dolar AS.
Pergerakan harga emas berbanding terbalik dengan dolar AS. Saat indeks dolar anjlok ke level terendahnya dalam dua tahun, emas punya momentum untuk melesat. Namun kini hal yang terjadi justru sebaliknya, indeks dolar mulai bangkit dari keterpurukannya dan membuat harga emas tertekan.
Lantas, masihkah ada peluang emas untuk menguat pekan depan?
Berdasarkan survei Kitco terhadap para pelaku pasar menunjukkan bahwa analis Wall Street mulai berbeda pendapat terhadap pergerakan harga logam mulia pekan depan. Sebanyak 47% analis memperkirakan harga emas masih bakal naik lebih tinggi, 47% lainnya memperkirakan turun dan sisanya netral.
Berbeda dengan para profesional Wall Street, sebanyak 56% dari total 2.830 responden online Main Street masih memandang harga emas bisa naik pekan depan. Sebanyak 25% mengatakan harga logam kuning akan turun dan sisanya netral.
Pekan ini harga emas sempat terpelanting dari level US$ 2.000/troy ons dengan koreksi tajam lebih dari 3,5%. Tekanan jual di pasar logam mulia dimulai pada Rabu setelah Federal Reserve membuat pasar kecewa dengan risalah dari pertemuan kebijakan moneternya pada Juli.
Pasar emas tidak dapat menemukan daya tarik setelah bank sentral AS gagal memberikan panduan baru tentang ekspektasi suku bunga dan mengatakan bahwa mereka tidak melihat manfaat apa pun untuk membatasi imbal hasil obligasi.
Harga emas diramal masih bakal bergerak dengan volatilitas tinggi pekan depan dan sangat tergantung pada pergerakan indeks dolar.
Namun dengan adanya risiko ketidakpastian yang tinggi seputar pandemi, tensi geopolitik yang juga meningkat antara AS-China hingga ancaman inflasi yang lebih tinggi di masa mendatang membuat prospek emas sebagai aset safe haven dan hedging untuk jangka panjang masih positif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Sentral Gelontorkan Stimulus, Harga Emas Kembali Melesat