Rupiah Anjlok 4% Lebih Selepas Kuartal II, Bagaimana Bisa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 August 2020 09:02
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Meski begitu, tren pelemahan rupiah tidak bisa dikesampingkan. Selepas kuartal II-2020, rupiah cenderung melemah dan bahkan menjadi yang terlemah di Asia. Sejak akhir kuartal II hingga kemarin, rupiah melemah lebih dari 4% di hadapan greenback.

Sepertinya rupiah sedang menjalani masa konsolidasi. Sebab mata uang Ibu Pertiwi sudah menguat kebangetan pada kuartal II. Kala itu, apresiasi rupiah mencapai belasan persen. Tidak ada mata uang Asia yang bisa mendekati apalagi menyamai.

Rupiah yang sudah terlalu ngegas pada kuartal II kini mencoba menstabilkan diri. Sejauh ini, depresiasi yang terjadi bahkan belum separuh dari penguatan tajam pada kuartal II.

Saat rupiah mengalami tekanan dahsyat pada akhir kuartal I hingga awal kuartal II, sampai menembus level Rp 16.000/US$ (terlemah sejak krisis 1998), Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut bahwa rupiah bisa kembali menguat ke kisaran Rp 15.000/US$ pada akhir tahun. Walau Perry tidak menyebut secara gamblang, tetapi angka tersebut bisa menjadi indikasi bahwa nilai fundamental rupiah memang di kisaran itu.

Saat ini rupiah masih berada di bawah level Rp 15.000/US$. Betul rupiah memang sedang dalam tren melemah, tetapi sepanjang masih tidak terlalu jauh dari kisaran Rp 15.000/US$, rasanya BI masih akan 'merestui'.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular