Pak Perry, Kata Pak Airlangga Rupiah Terlalu Kuat Nih!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
10 June 2020 17:59
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Dia mengklaim saat ini sentimen positif investor sudah mulai merasuki Indonesia.

Airlangga menjelaskan, meskipun di bulan April-Mei beberapa sektor perekonomian memburuk, namun di bulan Juni berangsur membaik. Misalnya saja kata dia indeks harga saham gabungan (IHSG) belakangan sudah tembus di atas 5.000, nilai tukar rupiah yang menguat, dan yield obligasi yang sudah menurun.

Menurut Airlangga momentum ini harus diteruskan, hanya saja Airlangga khawatir apabila nilai tukar rupiah terus menguat, maka daya saing Indonesia akan terganggu. Airlangga pun meminta Gubernur Bank Indoneisa (BI) Perry Warjiyo untuk melakukan adjustment terhadap posisi rupiah saat ini.

"Terkait dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar, ini operasi Pak Gubernur [Perry Warjiyo] baik, cuma agak terlalu kuat. Sehingga daya saing kita alarming juga. Kekuatan Pak Gubernur harus di adjust sedikit supaya daya saing bisa meningkat," kata Airlangga melalui video conference, Selasa (9/6/2020) malam.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Tv Parlemen)Foto: Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Tv Parlemen)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Tv Parlemen)



Seperti diketahui, usai kuartal I-2020, mata uang Asia yang sempat anjlok parah mampu bangkit dengan cepat. Bahkan rupiah menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam, mencapai belasan persen dalam tempo kurang dari tiga bulan.

Keuntungan yang sudah tinggi tersebut tentu membuat investor pada saatnya membuat investor tergiur. Atas nama cuan, mata uang Asia mengalami tekanan jual sehingga nilai tukarnya melemah.

Namun rupiah mendapat suntikan adrenalin dari rilis data ekonomi terbaru. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per akhir Mei adalah US$ 130,5 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 127,9 miliar.

Setelah anjlok pada Maret, cadangan devisa meningkat dalam dua bulan beruntun. Bahkan pencapaian Mei adalah yang tertinggi sejak awal tahun ini.

Kenaikan cadangan devisa membuat investor yakin bahwa stabilitas rupiah akan terjaga. Sebab, BI memiliki 'peluru' yang memadai untuk mempertahankan rupiah kalau sampai terjadi apa-apa.

Pada Selasa (9/6/2020), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis di perdagangan pasar spot, US$ 1 setara dengan Rp 13.840 dikala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Selain itu, ada kemungkinan intervensi Bank Indonesia (BI) membuat rupiah menguat. BI pun menilai nilai tukar rupiah saat ini masih undervalued alias terlalu murah.

"Bank Indonesia memandang level nilai tukar rupiah dewasa ini secara fundamental tercatat undervalued sehingga berpotensi terus menguat dan mendukung pemulihan ekonomi. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas," sebut keterangan tertulis BI usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Mei 2020.

[Gambas:Video CNBC]




(dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular