
Bagaimana Ini, Rupiah? Masak Mau 'Tiarap' 6 Hari Beruntun???

Namun mengapa rupiah masih saja lemah? Sepertinya faktor domestik yang membuat rupiah terbeban.
Hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021 kepada parlemen. Investor tentu ingin mengetahui bagaimana arah kebijakan fiskal tahun depan. Apakah masih ekspansif seperti 2020, atau mulai ada konsolidasi?
Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) yang menjadi kerangka penyusunan RAPBN 2021, pemerintah mengindikasikan defisit anggaran akan ada di 5,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih rendah ketimbang perkiraan tahun ini yang mencapai 6,34% PDB.
Jadi walau tema besar RAPBN 2021 masih seputar pemulihan ekonomi dari dampak pandemi virus corona, tetapi kemungkinan skalanya tidak semasif 2020. Ini akan mempengaruhi seberapa besar dukungan pemerintah terhadap sektor riil dan rumah tangga hingga penerbitan obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN).
Sembari menunggu kepastian soal postur kebijakan fiskal 2021, investor memilih menonton dari pinggir lapangan. Pelaku pasar belum bersedia turun gelanggang sampai ada kejelasan.
Sikap wait and see ini membuat rupiah kekurangan tenaga karena arus modal masuk yang terbatas. Hasilnya jelas, rupiah kembali menapaki jalur merah.
Kemudian, Gubernur Anies Rasyid Baswedan mengumumkan perpanjangan PSBB Transisi selama dua pekan lagi. Sampai 27 Agustus, 'keran' kegiatan masyarakat belum bisa dibuka penuh. Pengunjung perkantoran, restoran, sampai pusat perbelanjaan masih dibatasi maksimal 50%.
"Gubernur @aniesbaswedan juga menegaskan setiap aktivitas sosial yang menyebabkan kerumunan akan dihentikan sementara, khususnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD). Adapun pada momen peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus mendatang, agar setiap kegiatan perayaan khususnya perlombaan ditiadakan di DKI Jakarta," demikian dikutip dari laman Instagram Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Jika reopening aktivitas publik belum bisa lebih lebar lagi, maka aktivitas ekonomi di Jakarta masih relatif terbatas. Sementara Jakarta adalah kontributor utama dalam perekonomian nasional. Jadi kalau denyut nadi ekonomi Jakarta masih pelan, maka akan mempengaruhi seluruh Indonesia Raya.
![]() |
Artinya, prospek ekonomi Indonesia masih akan diliputi ketidakpastian. Sampai kuartal II-2020 Indonesia memang masih bisa menghindari resesi. Namun kalau aktivitas warga terus-menerus terbatas, maka bukan mustahil Indonesia bakal masuk kurang resesi karena kontraksi ekonomi pada kuartal III-2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
