Tunggu Nasib PSBB Jakarta, Rupiah KO ke Atas Rp 14.700/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 August 2020 12:59
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (13/8/2020), hingga ke atas level Rp 14.700/US$.

Pelaku pasar menanti keputusan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di Jakarta akan diperpanjang atau tidak. Maklum saja, PSBB sangat mempengaruhi pemulihan ekonomi Indonesia yang berkontraksi di kuartal II-2020.

Melansir data Refinitiv, rupiah pada hari ini dibuka stagnan di Rp 14.685/US$, kemudian sempat menguat 0,24% ke Rp 14.650/US$. Tetapi tak lama, Mata Uang Garuda masuk ke zona merah, hingga pukul 12:00 WIB berada di level Rp 14.715/US$, melemah 0,2% di pasar spot.

PSSB Jakarta akan berakhir pada hari ini, dan akan ada keputusan apakah diperpanjang atau dihentikan. PSBB kemungkinan akan diperpanjang lagi, biasanya 2 minggu, melihat penambahan kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang masih tinggi.

Per 11 Agustus 2020, jumlah pasien positif corona tercatat 26.642 orang. Bertambah 462 orang (1,77%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (29 Juli-11 Agustus), pasien positif corona bertambah rata-rata 473,5 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 352,21 orang per hari.

"Insya Allah diperpanjang, karena masih cukup tinggi angkanya. Akan diperketat, perkantoran, rumah sakit, semualah. Tempat umum ditingkatkan," kata Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur Jakarta, dilansir CNNIndonesia.

Jika kembali diperpanjang, artinya PSBB berlangsung selama 2 bulan di kuartal III-2020. Laju pemulihan ekonomi saat PSBB menjadi lambat, sehingga risiko resesi meningkat seperti yang diramal oleh Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, dengan judul The Long Road to Recovery.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia.

Kontraksi yang cukup dalam di kuartal II-2020, -5,32% year-on-year (YoY) memperbesar risiko terjadinya resesi. Menurut Sri Mulyani, sektor-sektor penopang perekonomian yang pada kuartal II ini ikut terkontraksi dalam akan sulit pulih dengan mudah. Oleh karenanya, jika upaya pemerintah tidak maksimal maka Indonesia bisa masuk ke jurang resesi.

"Memang probabilitas negatif (di kuartal III) masih ada karena penurunan sektor tidak bisa secara cepat pulih," ujarnya melalui konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).

Jika di kuartal III nanti pertumbuhan ekonomi negatif lagi, maka Indonesia sah mengalami resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular