Aramco dan Petronas Dapat Duit Banyak dari IPO, Pertamina?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2020 12:02
Ilustrasi Uang Dolar/CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selepas April kelabu, harga minyak dunia mulai merangkak naik. Harga minyak yang sempat menyentuh titik terendah sejak 2001 perlahan tetapi pasti bergerak ke utara.

Harga minyak jenis Brent pada April 2020 sempat ambles ke bawah US$ 20/barel. Bahkan untuk yang jenis Light Sweet sempat negatif, artinya kalau membeli minyak malah diberi uang.

Namun April adalah titik nadir. Selepas itu, harga si emas hitam bergerak naik seiring pembukaan aktivitas masyarakat setelah berbulan-bulan terpaksa #dirumahaja untuk mencegah penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Tren kenaikan harga minyak ikut mendongrak harga saham emiten migas. Misalnya saham raksasa migas asal Arab Saudi, Saudi Arabian Oil Company (Saudi Aramco). Dalam tiga bulan terakhir, saham Saudi Aramco melonjak nyaris 6%.

Saat Saudi Aramco memutuskan melantai di bursa saham, investor global langsung dibuat terkejut. Nilai penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) Saudi Aramco mencapai US$ 2 triliun. Ini menjadi rekor tertinggi IPO di seluruh dunia.

Meski sudah menjual saham kepada publik, Saudi Aramco tidak kehilangan status sebagai perusahaan milik negara. Sebab saham yang dilepas kepada publik (free float) hanya 3,52 miliar unit. Angka ini cuma 1,76% dari total saham. IPO di bawah 2% saja sudah dapat duit segede bagong.

Well, IPO perusahaan migas milik negara bukan hal yang baru, apalagi tabu. Di Malaysia, Petronas pun menempuh hal yang sama.

Namun berbeda dengan Saudi Aramco, Petronas melakukan IPO terhadap anak-anak usahanya. Petronas selaku induk usaha (holding) dikuasai penuh oleh negara, dan tidak ada niatan untuk menjadi perusahaan publik.

Anak-anak usaha Petronas yang berstatus perusahaan terbuka adalah Petronas Dagangan Bhd, Petronas Gas Bhd, Petronas Chemicals Group Bhd, dan Malaysian Marine and Heavy Engineering Holdings Bhd. IPO Petronas Chemicals pada 2010 berhasil meraup dana MYR 12,7 miliar, rekor IPO tertinggi di Asia Tenggara pada masanya.

Seperti halnya Saudi Aramco, kinerja saham anak-anak usaha Petronas pun tokcer akhir-akhir ini. Dalam tiga bulan terakhir, harga saham Petronas Chemicals melonjak 9,22%.

Bahkan selepas IPO pun negara masih memegang kendali dengan menjadi pemilik saham mayoritas. Negara melalui Petronas memiliki 64,35% saham Petronas Chemicals. Sementara 66,5% saham Malaysian Marine and Heavy Engineering Holdings dimiliki oleh MISC Bhd. Nah, sebanyak 57,56% saham MISC dipegang oleh Petronas sebagai representasi negara.

IPO membuka jalan bagi perusahaan untuk memperoleh pendanaan. Dalam kasus Saudi Aramco dan Petronas Chemicals, duit yang didapat malah bukan kaleng-kaleng. Uang sebesar itu akan menjadi modal untuk mengembangkan usaha yang membuka lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Apakah membuat perusahaan milik negara menjadi perusahaan publik sama dengan menjual aset? Sama sekali tidak.

Aset tetap menjadi milik perusahaan, dalam hal perusahaan milik negara ya berarti tetap dimiliki negara. Bahkan kalau negara (atau perwakilannya) menjadi pemegang saham mayoritas, maka kepentingan negara tentu akan menjadi prioritas pertama dan yang paling utama.

Isu ini yang kerap menjadi batu sandungan bagi Pertamina, perusahaan migas milik negara asal Indonesia, dalam menjajaki IPO. Ya, rencana IPO buat anak usaha atau sub-holding Pertamina memang sudah ada.

"IPO adalah salah satu alternatif cara mendapatkan pendanaan untuk pengembangan usaha dan tidak akan mempengaruhi kinerja penugasan pemerintah kepada Pertamina," tegas Fajriyah Usman, VP Corporate Communication Pertamina, belum lama ini.

Memang ada pandangan bahwa ketika menjadi perusahaan publik maka Pertamina bakal melupakan tugas melayani rakyat. Semata-mata hanya berorientasi kepada cuan, begitu katanya.

Namun perlu dicatat bahwa yang akan melakukan IPO adalah anak usaha, bukan Pertamina sebagai induk usaha. Pertamina juga akan tetap menjalankan tugas dari pemerintah, bahkan bisa lebih fokus karena urusan bisnis akan difokuskan kepada anak usaha.

Keuntungan IPO anak usaha Pertamina adalah bisa meraup dana investasi tanpa 'menggadaikan' harga diri. Jadi kalau ada kesempatan, mengapa tidak?

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina: IPO Anak Usaha Bukan Upaya Menjual Aset Negara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular