IHSG & Obligasi Menguat, Kok Cuma Rupiah yang Melemah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 August 2020 13:07
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah cukup tajam melawan rupiah pada perdagangan Rabu (12/8/2020), hingga mendekati level Rp 14.700/US$.

Pergerakan rupiah beda sendiri dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan obligasi (Surat Berharga Negara/SBN) Indonesia yang menguat.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.630/US$. Depresiasi semakin membengkak hingga 0,48% di Rp 14.690/US$ pada pukul 12:00 WIB.

IHSG hari ini kembali menguat, mengakhiri perdagangan sesi I di level 5.210,191, menguat 0,39%. Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 18 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6 triliun.

Sementara SBN juga menguat yang tercermin dari penurunan yield. Untuk tenor 10 tahun, yield-nya hari ini turun 2,7 basis poin menjadi 6,764%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Ketika harga sedang naik, artinya ada aksi beli.

Aksi beli di pasar saham dan obligasi tersebut menjadi indikasi sentimen pelaku pasar sebenarnya tidak cukup bagus, tetapi belum mampu membuat rupiah menguat.

Dolar AS yang mulai bangkit dari kemerosotan menjadi salah satu asalan buruknya kinerja rupiah. Indeks dolar AS hari ini menguat 0,27% ke 93,879. Sebelumnya, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah menguat dalam 3 hari beruntun, menjauhi level terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir.

Dolar AS pun berjaya di Asia hari ini, mata uang Benua Kuning dibuat berguguran.

Selain itu, rupiah memang tidak menarik di mata pelaku pasar. Salah satu penyebabnya adalah risiko resesi yang dialami Indonesia.

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II-2020 terkontraksi -5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Jika hal yang samas terjadi di kuartal III-2020, maka Indonesia resmi mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak 1998.

Hal itu membuat investor kurang berminat terhadap rupiah, hasil survei Reuters yang dirilis Kamis (6/7/2020) bahkan menunjukkan rupiah satu-satunya mata uang Asia yang "dibuang". Investor saat ini masih mengambil posisi jual (short) rupiah, tetapi sudah mengambil posisi beli (long) mata uang utama Asia lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular