
Dolar Ngamuk, Ada Risiko Rupiah Melemah ke Rp 14.730/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke 14.620/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Melanjutkan kinerja negatif awal pekan lalu.
Indeks dolar AS yang kembali menguat setelah membukukan penguatan 3 hari beruntun kemarin berisiko membebani rupiah pada hari ini, Rabu (12/8/2020). Pagi ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berada di level 93,680, menguat 0,06%.
Rupiah juga masih terbebani isu resesi yang membuat pelaku pasar menjadi kurang berminat terhadap Mata Uang Garuda.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II-2020 terkontraksi -5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Jika hal yang samas terjadi di kuartal III-2020, maka Indonesia resmi mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak 1998.
Hal itu membuat investor kurang berminat terhadap rupiah, hasil survei Reuters yang dirilis Kamis (6/7/2020) bahkan menunjukkan rupiah satu-satunya mata uang Asia yang "dibuang". Investor saat ini masih mengambil posisi jual (short) rupiah, tetapi sudah mengambil posisi beli (long) mata uang utama Asia lainnya.
Secara teknikal, meski rupiah yang disimbolkan USD/IDR sedang dalam tren pelemahan, tetapi masih berada dalam fase konsolidasi sejak 2 pekan terakhir. Fase konsolidasi artinya suatu instrument bolak balik naik turun dalam rentang tertentu. Pada satu titik fase ini akan memicu "ledakan" alias pergerakan besar.
Posisi penutupan rupiah pada perdagangan Senin (27/7/2020) tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.
Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.
Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah. Munculnya Doji menjadi indikasi suatu instrument akan memasuki fase konsolidasi.
![]() Foto: Refinitiv |
Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$. Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini sampai akhirnya salah satu level tersebut dilewati.
Jarak antara batas bawah hingga ke batas atas sebesar Rp 405, artinya target pergerakan rupiah setelah menembus salah satu batas sebesar Rp 405. Seandaianya batas atas yang dilewati, maka rupiah berisiko melemah ke Rp 15.135/US$, sebaliknya jika batas bawah yang ditembus maka rupiah berpotensi menguat ke Rp 13.920/US$.
Untuk hari ini, support terdekat berada di kisaran Rp 14.600/US, jika mampu dilewati rupiah berpeluang menuju Rp 14.550/US$. Support selanjutnya di Rp 14.510/US$
Resisten terdekat berada di kisaran US$ 14.660/US$, jika dilewati rupiah berisiko menuju batas atas fase konsolidasi Rp 14.730/US$.
Untuk jangka lebih panjang, batas atas Rp 14.730/US$ akan menjadi kunci pergerakan, level tersebut merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fib. Retracement 61,8% tersebut rupiah masih cenderung akan menguat.
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
