
China Mulai Tangkapi Warga Hong Kong, Rupiah Ikut Resah

Sejak Donald Trump terpilih menjadi presiden Negeri Adikuasa pada 2016, hubungan Washington-Beijing lebih banyak tegang ketimbang akur. Perang dagang, Laut China Selatan, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tudingan mata-mata kepada perusahaan teknologi asal China, manipulasi kurs, sampai isu Hong Kong menjadi pemantik 'bara' relasi kedua negara. Ketegangan
AS-China yang meningkat berdampak ke pasar keuangan. Investor menjadi khawatir, karena friksi AS-China akan semakin menambah risiko di pasar. Padahal wabah virus corona saja sudah menjadi risiko yang sangat besar bagi perekonomian dunia.
Terbukti dari angka Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura kuartal II-2020 yang pada pembacaan kedua menghasilkan angka -13,2% year-on-year (YoY). Lebih buruk ketimbang pembacaan awal yaitu -12,6% YoY.
Untuk keseluruhan 2020, pemerintah Singapura memperkirakan ekonomi akan terkontraksi (tumbuh negatif) -5% hingga -7%. Juga lebih parah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang sebesar -4% hingga -7%. Perubahan ini terjadi karena ternyata pembatasan sosial (social distancing) untuk meredam penyebaran virus berdampak lebih dahsyat terhadap aktivitas ekonomi Negeri Singa.
Akibatnya, pemilik modal enggan mengambil risiko. Pasar keuangan negara-negara berkembang kekurangan pasokan 'darah' sehingga mata uang Asia ramai-ramai melemah, termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
