China Mulai Tangkapi Warga Hong Kong, Rupiah Ikut Resah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 August 2020 09:20
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Hubungan AS-China yang sepertinya bakal semakin panas membuat investor memilih wait and see.

Pada Selasa (11/8/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.575 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,1 % dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun tidak lama kemudian rupiah berbalik lesu. Pada pukul 09:11 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.595 di mana rupiah melemah 0,03%.

Kemarin, sebenarnya rupiah mengawali perdagangan pasar spot di jalur hijau. Namun tidak sampai satu jam kemudian rupiah berbalik melemah dan tetap di sana hingga penutupan lapak.

Hari ini, kemungkinan mata uang Tanah Air masih terjebak di zona merah. Pasalnya, investor agak ragu untuk bermain agresif mengingat ada risiko besar yang menghantui pasar.

Jimmy Lai, pemilik media Apple Daily di Hong Kong, ditangkap oleh aparat keamanan. Lai adalah satu dari 10 orang yang ditahan dalam penyisiran yang dilakukan kemarin.

Tuduhan kepada Lai adalah persekongkolan dengan kekuatan asing. Menurut keterangan Kantor Urusan Hong Kong dan Makau, Lai adalah perwakilan dari orang-orang yang anti-China. Lai dan rekan-rekannya ditengarai merencanakan aksi demonstrasi besar untuk menuju Hong Kong yang merdeka. Apple Daily adalah media yang digunakan untuk menyebar rumor negatif tentang Beijing.

Dasar hukum penangkapan Lai adalah undang-undang keamanan baru di Hong Kong. Seperti yang dikhawatirkan aktivis pro-demokrasi, regulasi ini lebih represif terhadap rakyat dan membuat cengkeraman China semakin kuat.

"Penahanan Lai adalah wujud kekhawatiran terhadap UU keamanan baru. UU ini digunakan sebagai alat untuk menekan opini pro-demokrasi dan mengekang kebebasan pers," tegas Steven Butler, Koordinator Komite Perlindungan Jurnalis Asia, sebagaimana diwartakan Reuters.

AS, yang sedari awal tidak mendukung UU keamanan baru di Hong Kong, langsung memberikan respons. "Saya sangat terganggu dengan penangkapan ini. Langkah tersebut menjadi bukti bahwa Partai Komunis China sudah 'menyunat' kebebasan Hong Kong dan hak-hak rakyat," kata Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, seperti dikutip dari Reuters.

Sejak Donald Trump terpilih menjadi presiden Negeri Adikuasa pada 2016, hubungan Washington-Beijing lebih banyak tegang ketimbang akur. Perang dagang, Laut China Selatan, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tudingan mata-mata kepada perusahaan teknologi asal China, manipulasi kurs, sampai isu Hong Kong menjadi pemantik 'bara' relasi kedua negara. Ketegangan

AS-China yang meningkat berdampak ke pasar keuangan. Investor menjadi khawatir, karena friksi AS-China akan semakin menambah risiko di pasar. Padahal wabah virus corona saja sudah menjadi risiko yang sangat besar bagi perekonomian dunia.

Terbukti dari angka Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura kuartal II-2020 yang pada pembacaan kedua menghasilkan angka -13,2% year-on-year (YoY). Lebih buruk ketimbang pembacaan awal yaitu -12,6% YoY.

Untuk keseluruhan 2020, pemerintah Singapura memperkirakan ekonomi akan terkontraksi (tumbuh negatif) -5% hingga -7%. Juga lebih parah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang sebesar -4% hingga -7%. Perubahan ini terjadi karena ternyata pembatasan sosial (social distancing) untuk meredam penyebaran virus berdampak lebih dahsyat terhadap aktivitas ekonomi Negeri Singa.

Akibatnya, pemilik modal enggan mengambil risiko. Pasar keuangan negara-negara berkembang kekurangan pasokan 'darah' sehingga mata uang Asia ramai-ramai melemah, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular