Morgan Stanley: Bank RI Seksi buat Asing, M&A Tembus Rp 101 T

tahir saleh, CNBC Indonesia
07 August 2020 14:18
Morgan Stanley
Foto: Morgan Stanley (REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Morgan Stanley (MS) mengeluarkan riset terbaru mengenai Indonesia Banks yang berjudul "M&A: Higher Foreign Participation to Enhance Capital Base and Efficiency".

Riset yang disusun oleh Mulya Chandra, Yulinda Hartanto, Mia Nagasaka, Joon Seok ini menekankan bahwa tren merger dan akuisisi (M&A) terkini menunjukkan bahwa Indonesia membuka lebih banyak peluang kepada bank asing.

MS meyakini hal ini dapat mempercepat konsolidasi dan meningkatkan efisiensi, manajemen risiko, dan dukungan permodalan, yang mendorong penetapan ulang struktural. Dalam jangka pendek, hal ini akan mengurangi risiko layanan nasional bagi bank BUMN.

MS dalam risetnya menyebutkan, akuisisi oleh bank RI oleh bank asing mulai intensif. Bahkan merger dan akuisisi (M&A) di industri perbankan Indonesia menjadi lebih aktif dengan akuisisi senilai Rp 101 triliun atau setara dengan US$ 7 miliar yang terjadi sejak 2019 (atau US$ 4,7 miliar per tahun).

Sebelumnya, antara periode 2013 hingga 2018, akuisisi relatif lambat setelah peraturan pembatasan saham 40% pada tahun 2012 dengan nilai total Rp 54 triliun, atau setara dengan US$ 3,6 miliar (atau US$ 0,6 miliar per tahun).

"Bank asing mendominasi akuisisi di tahun 2019 hingga 2020 dengan nilai saham 99%," tulis riset Morgan Stanley, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (7/8/2020).

Morgan Stanley meyakini akselerasi akuisisi belakangan ini didorong oleh regulator yang lebih akomodatif dengan kebijakan relaksasi permodalan dan juga minat tinggi dari investor asing.

Relaksasi terkini dari 40% kepemilikan saham, yang biasanya melibatkan merger tambahan setelah akuisisi, seharusnya mempercepat konsolidasi sistem perbankan.

Morgan Stanley memperkirakan tren akan terus berlanjut, dan didukung oleh beberapa akuisisi potensial yang sedang dalam proses.

Menurut MS, pertumbuhan dan kondisi yang berbeda di beberapa kawasan regional tampaknya menjadi motivasi utama bagi bank asing untuk mengakuisisi bank di Indonesia, khususnya bank-bank Jepang dan Korea yang aktif melakukan M&A baru-baru ini.

Hal ini didukung kondisi di mana bank-bank Indonesia terlihat lebih atraktif di tingkat regional dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) untuk pinjaman 10 tahun sebesar 16% pada tahun 2019, jika dibandingkan bank Jepang dan Korea dengan CAGR untuk pinjaman 10 tahun sebesar 2% dan 7%.

Net Interest Margin (NIM) perbankan Indonesia juga tinggi, yaitu mencapai 5,9% pada 2019 yang lebih tinggi dibanding Jepang dan Korea sebesar 1,0% dan 1,9%.

Namun, tidak ada jaminan bahwa semua akuisisi akan berhasil karena tergantung pada bagaimana pihak pengakuisisi beradaptasi dengan dinamika pinjaman dan pendanaan di Indonesia.

Morgan Stanley berharap partisipasi bank asing yang lebih tinggi dapat meningkatkan efisiensi di sistem perbankan, melalui peningkatan kompetisi domestik untuk diimplementasikan pada anak perusahaan Indonesia.

Rasio biaya atau aset bank di Indonesia sebesar 3,3% pada tahun 2019 perlu ditingkatkan, walaupun menurut Morgan Stanley, rasio ini lebih tinggi dibandingkan dari Bank Jepang dan Korea yaitu 0,7% dan 1,1%.

Begitu pula bank asing dapat menanamkan praktik manajemen risiko yang lebih baik sehingga menginspirasi peer bank di Indonesia. Terakhir, MS berharap akuisisi bank asing bisa mendorong penguatan basis modal dan likuiditas perbankan di Indonesia karena pengakuisisi asing umumnya merupakan bank yang paling solid di negara asalnya.

"Dalam jangka pendek, arah kebijakan regulator untuk membantu bank-bank kecil akan semakin jelas berkat keterlibatan investor asing. Sehingga, kekhawatiran pasar akan beban yang harus ditanggung bank-bank BUMN besar untuk mendukung bank-bank kecil Indonesia yang tidak terkait bisa mereda," tulis MS.

Dalam jangka panjang, bank yang lebih besar harus berupaya meningkatkan kapasitas untuk menghadapi persaingan lebih ketat dan juga untuk mengadopsi inisiatif digital, yang MS perkirakan dapat menurunkan rasio biaya atau aset dari 3,4% pada tahun 2020 menjadi 3,1% pada 2025 untuk bank-bank di dunia.

MS juga menurunkan asumsi discount rate bagi bank berdasarkan dengan mempertimbangkan kondisi risiko pasar dan layanan nasional yang lebih rendah. Lebih lanjut, target harga meningkat menjadi 10-20%. Penerima utama dari manfaat dalam hal ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Morgan Stanley Ungkap Penyebab Asing Kesengsem Caplok Bank RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular