
Morgan Stanley Ungkap Penyebab Asing Kesengsem Caplok Bank RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Morgan Stanley (MS) mengeluarkan riset terbaru mengenai Indonesia Banks yang berjudul "M&A: Higher Foreign Participation to Enhance Capital Base and Efficiency".
Riset yang disusun oleh Mulya Chandra, Yulinda Hartanto, Mia Nagasaka, Joon Seok ini menekankan bahwa tren merger dan akuisisi (M&A) terkini menunjukkan bahwa Indonesia membuka lebih banyak peluang kepada masuknya bank asing.
Dari perspektif bank asing tersebut, para pemangku kebijakan yang melonggarkan aturan agar bank asing mau masuk akan dilihat sebagai kesempatan untuk meningkatknya keberadaanya di Indonesia dengan cara mengakuisisi bank lokal.
Secara sejarah dapat kita lihat bahwa pemangku kebijakan tidak selalu melakukan hal ini, kadang-kadang pemerintah Indonesia bersifat lebih protektif.
Mengakuisisi bank lokal di Indonesia akan lebih efektif daripada mendirikan bank baru karena komposisi sistem aset, menurut Morgan Stanley secara umum keuntungan yang diterima oleh bank asing dalam mengakses pasar perbankan Indonesia adalah sebagai berikut.
Pertama, potensi pertumbuhan yang signifikan, karena perekonomian Indonesia masih banyak diisi oleh individu yang tidak memiliki atau menggunakan bank. Pertumbuhan pinjaman juga menjadi salah satu yang terbaik di Asia, serta dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan negara lain maka tingkat pinjaman akan ikut naik semakin tinggi.
Sejak awal tahun 2000 hingga akhir 2010, tingkat pinjaman di Indonesia berhasil tumbuh rata-rata 20% secara Year on Year (YoY) kecuali pada tahun 2008 dimana terjadi krisis finansial global meskipun akhir-akhir ini tingkat pertumbuhan bank sudah sedikit terpangkas karena kombinasi dari mediokernya perekonomian Indonesia sejak tahun 2014 dan serangan pandemi virus corona akhir-akhir ini.
Akan tetapi analis Morgan Stanley tetap percaya bahwa potensi kenaikan permintaan akan pinjaman akan tetap besar bahkan ketika siklus bisnis yang buruk seperti sekarang ini, mengingat penetrasi pinjaman bank di Indonesia yang masih rendah yang bisa dilihat dari rendahnya tingkat pinjaman dibandingkan dengan Produk Domestik Brutonya (GDP) di angka 34%, yang berada di rentang bawah negara-negara di Asia yang memiliki perbandingan pinjaman dengan GDP antara 47%-149% per tahun 2018.
Sebagai tambahan pertumbuhan tingkat pinjaman di Indonesia juga disokong oleh tingginya populasi Indonesia yang berdemografi masyarakat yang masih muda, tingkat pendapatan kelas menengah, dan tingkat populasi penduduk yang belum menjadi nasabah perbankan.
Kedua, Tingkat keuntungan bunga yang menarik yang disokong oleh tingginya daya tawar perbankan, hal ini sendiri dapat diindikasikan oleh Net Interest Margin (NIM) di Indonesia yang lagi-lagi menjadi yang terbaik di Asia dan dengan tingginya NIM ini maka akan ikut meningkatkan Return on Equity (ROA).
NIM rata-rata perbankan di Indonesia yang di cover Morgan Stanley berada di angka sekitar 6%, jauh lebih tinggi dari rata-rata NIM di negara-negara lain di Asia yang hanya berada di kisaran angka 1-3,8% per tahun 2019. Rata-rata bank di Jepang sendiri hanya memiliki NIM sebesar 1%, sedangkan untuk Korea Selatan, perbankannya memiliki rata-rata NIM sebesar 1,9% per tahun 2019.
Akan tetapi perlu dicatat, keberhasilan bank asing di industri perbankan Indonesia sangat bergantung kepada seberapa mampu bank tersebut mengkostumisasi model pinjaman sesuai pasar di Indonesia.
Pinjaman di Indonesia sendiri terfokus kepada pinjaman bisnis (72% dari total pinjaman per Mei 2020) jauh lebih besar daripada pinjaman konsumsi. Dari pinjaman bisnis ini banyak diisi oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Pinjaman korporat memang menawarkan berberapa keuntungan, akan tetapi bank harus siap bersaing dengan bank-bank lain di Indonesia yang sudah menjadi market leader. Maka dari itu bank-bank asing perlu menemukan dan mengkostumisasi strategi pinjaman agar cocok dengan pasar Indonesia
Selain itu seberapa sukses bank asing mampu menggaet nasabah yang ingin menyimpan dananya di bank tersebut juga memegang peran penting untuk menekan costs of funds agar produk pinjaman menjadi kompetitif dibandingkan dengan bank lain.
Dana nasabah sendiri secara tradisional di simpan oleh bank-bank besar yang sudah beroperasi lama dan menjadi pemimpin pasar perbankan Indonesia. Maka dari itu bank asing perlu untuk mengkostumisasi strategi dan produk tabunganya agar bisa mendapatkan dana murah dari masyarakat Indonesia.
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Morgan Stanley: Bank RI Seksi buat Asing, M&A Tembus Rp 101 T