Ekonom Yakin Q3-2020 RI Resesi, Airlangga Justru Sebaliknya

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
07 August 2020 08:40
Aktifitas Peti Kemas di Daerah Priok. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktifitas Peti Kemas di Daerah Priok. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 akan kembali tumbuh negatif. Namun, pemerintah justru meyakini hal sebaliknya, kuartal III-2020 merupakan titik balik perbaikan ekonomi Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, seusai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), realisasi anggaran penanganan pandemi covid-19 akan dipercepat dan ditingkatkan, guna mendorong daya beli masyarakat dan menopang pertumbuhan ekonomi.

"Maka realisasi pelaksanaan percepatan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) akan dioptimalkan pada kuartal III," jelas Airlangga dalam akun instagramnya @airlanggaharrtarto_official, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (7/8/2020).

"Insya Allah kuartal III akan menjadi titik balik perbaikan ekonomi Indonesia dan berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat," lanjut Airlangga.

Saat ini, kata Airlangga, pemerintah tengah menyusun sejumlah langkah terobosan dalam upaya optimalisasi percepatan DIPA berupa kebijakan dan program ataupun kegiatan yang dananya sampai ke masayarakat.

Terobosan yang sedang disusun itu, diharapkan bisa meningkatkan roda perekonomian masyarakat, dunia usaha dan investasi. Tentunya, dalam tahap pelaksanaannya dijalankan sesuai prinsip akuntabilitas.

Sebelumnya, Ekonom INDEF Didik J. Rachbini menjelaskan soal keyakinannya itu, kalau Indonesia sudah pasti akan resesi. Menurut Didik, hal tersebut bisa dilihat dari realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020, yang jauh dari ekspetasi yang diperkirakan.

"INDEF tidak menduga sampai di minus 5,32%, ini di luar dugaan. Saya yakin kuartal III masuk resesi dan IV masuk lebih jauh lagi apabila penanganan seperti ini," jelas Didik dalam diskusi virtual, Kamis (6/8/2020).

Peran pemerintah dinilai tidak membantu, karena dari 17 lapangan usaha yang mendorong perekonomian, hampir semuanya merosot dan tumbuh minus. Bahkan sektor yang paling naik seperti informasi dan telekomunikasi tidak sebesar yang diharapkan.

Ditambah, dengan lambatnya penyaluran bantuan yang sudah disusun dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), yang menurut Didik tidak akan memberikan hasil yang maksimal terhadap perekonomian.

"Ternyata fungsi pemerintah menahan pertumbuhan minus ini tidak berjalan, justru pemerintah menjadi sumber kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negatif," jelasnya.

Ekonom INDEF Tauhid Ahmad memiliki pandangan serupa. Menurutnya, perekonomian Indonesia di kuartal III akan kembali minus jika pemerintah tidak kerja cepat, terutama dalam penyaluran bantuan kepada masyarakat miskin.

"Kalau kuartal III minus maka akan resesi dan jika berlanjut kuartal IV minus maka perekonomian akan depresi," tegasnya.

Seperti diektahui, Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 -5,32% dibandingkan pada kuartal II-2019 lalu (year on year). Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan secara kuartalan atau dari Kuartal I-2020 ke Kuartal II-2020 ekonomi Indonesia terkontraksi -4,19% (QtQ).


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Buka-bukaan Soal Peluang RI Masuk Jurang Resesi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular