Analisis Teknikal

Siapkan Parasut! RI Resesi Teknikal, IHSG Bakal Anjlok

Tri Putra, CNBC Indonesia
05 August 2020 13:03
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama pada Selasa (5/8/2020) dengan penguatan tipis, setelah sejak pagi bergerak flip-flop alias berfluktuasi. Indeks acuan bursa nasional tersebut menguat tipis 8,6 poin (0,17%) ke level 5.083,557.

Investor asing yang pada pagi membukukan pembelian bersih (net buy) Rp 12 miliar, pada tengah hari ini justru balik arah mencetak jual bersih (net sell) senilai Rp 245,85 miliar di semua pasar.

Ini mengindikasikan bahwa mereka memilih melarikan dananya setelah rilis Produk Domestik Bruto (PDB) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) kurang elok.

Secara umum, nilai transaksi bursa mencapai Rp 4,7 triliun, dengan 5,4 miliar saham berpindah tangan sebanyak 475.588 kali. Sebanyak 165 saham menguat, 221 melemah, dan 151 lainnya flat.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan PDB Indonesia periode April-Juni 2020 terkontraksi -5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Ini lebih buruk dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar -4,53%.

Artinya, perekonomian Indonesia secara teknikal terkategori memasuki masa resesi, di mana ekonomi menurun dua kuartal berturut-turut, mengekor Singapura, menjadi catatan terburuk sejak 2009.

IHSG teknikal sesi II 5 Agustus 2020/Tri PutraFoto: IHSG teknikal sesi II 5 Agustus 2020/Tri Putra
IHSG teknikal sesi II 5 Agustus 2020/Tri Putra

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot di bagian batas atas atau resistance, dengan BB yang masih lebar namun cenderung menyempit maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung melemah.

Untuk merubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.091. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.036.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 53, yang menunjukkan belum ada indikator jenuh jual ataupun jenuh beli.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berada di zona negatif artinya tren pasar selanjutnya akan bearish.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area resistance, maka pergerakan selanjutnya cenderung terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator MACD yang masih berada di posisi negatif.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular