
Tiga Dekade Listing, Inilah Peluang BUMI untuk 'Come Back'

Selanjutnya pada 29 Agustus 1997, Bakrie kembali memperoleh 33,9% saham BUMI milik Bumiputera. Dus, Bakrie Capital memegang 58,9% saham BUMI yang saat itu masih merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis perhotelan dan pariwisata.
Dengan kepemilikan di atas 51%, maka Grup Bakrie resmi menjadi pengendali perusahaan tersebut. Di bawah kepiawaian Nirwan Bakrie, BUMI yang telah memiliki aset KPC dan Arutmin terus berkembang menjadi eksportir terbesar batu bara nasional.
Di bawah tangan dingin keluarga Bakrie, BUMI hijrah dari bisnis properti ke bisnis minyak, gas alam dan pertambangan dengan akuisisi aset tambang raksasa. Dari Gallo Oil pada 2000, hingga Arutmin pada 2004 serta Kaltim Prima Coal (KPC) pada 2005.
BUMI kian berkembang menjadi perusahaan berskala global menyusul masuknya investor-investor kelas kakap dunia. Sebut saja grup konglomerasi asal India, yakni Tata Power. Berbasis di negara konsumen terbesar batu bara kedua dunia, Grup Tata pada 2007 meneken kesepakatan untuk mempertahankan kepemilikan mayoritas di KPC sebesar 65%.
Pada 2009, investor besar asal Negeri Tirai Bambu yakni China Investment Corporation (CIC) berinvestasi senilai US$ 1,9 miliar dalam bentuk utang. Belakangan, sebagian utang dikonversi menjadi saham sehingga CIC menjadi pemegang saham pengendali (dengan porsi 22,7%).
Mereka memilki saham BUMI melalui HSBC Funds dengan jumlah nominal saham setara 14,85 miliar unit saham. Sisanya atau 77,29% (setara 50,53 miliar saham) merupakan saham publik. Lalu berapa banyak saham BUMI yang dimiliki Bakrie? Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava menyebutkan angkanya berkisar 17%, tapi tidak terkonsolidasi menjadi satu.
Dengan demikian, kiprah Bakrie di BUMI kini tidak lagi absolut, melainkan bersifat collective collegial, diputuskan bersama-sama dengan CIC dan Tata, yang notabene merupakan perusahaan kelas dunia yang sama-sama menggeluti industri batu bara.
Dengan dukungan kedua investor tersebut, BUMI mengamankan pasar utama batu bara konvensional dunia, yakni China dan India, selain pasar batu bara dalam negeri. Tidak berhenti sampai di sana, BUMI kini menggarap batu bara bersih, dengan program hilirisasi.
(ags/ags)