Bangkit di Menit-menit Akhir, Rupiah Catat Penguatan Tipis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 August 2020 16:05
[DALAM] Rupiah Sentuh 30.000
Foto: Arie Pratama

Rupiah memang sedang tertekan, tetapi dolar AS juga kurang tenaga. Jika Indonesia terancam resesi, Amerika Serikat sudah mengalaminya. 

Kamis pekan lalu, PDB AS kuartal II-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 32,9%. Kontraksi tersebut menjadi yang paling parah sepanjang sejarah AS.

Di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5%, sehingga sah mengalami resesi.

Bukan kali ini saja AS mengalami resesi, melansir Investopedia, AS sudah mengalami 33 kali resesi sejak tahun 1854. Sementara jika dilihat sejak tahun 1980, Negeri Paman Sam mengalami empat kali resesi, termasuk yang terjadi saat krisis finansial global 2008.

Artinya, resesi kali ini akan menjadi yang ke-34 bagi AS.

AS bahkan pernah mengalami yang lebih parah dari resesi, yakni Depresi Besar (Great Depression) atau resesi yang berlangsung selama 1 dekade, pada tahun 1930an. Tetapi kontraksi ekonominya tidak sedalam di kuartal II-2020.

Bukan hanya resesi yang membuat dolar AS kurang tenaga, pemulihan ekonomi yang terancam sangat lambat akibat kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang terus menanjak di AS. Apalagi stimulus berupa bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi para korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebesar US$ 600/pekan sudah habis masa berlakunya pada akhir pekan lalu.

Partai Republik di House of Representatives (salah satu dari dua kamar parlemen di AS) mengajukan proposal stimulus senilai US$ 1 triliun. Namun hingga saat ini belum ada kata sepakat. Bahkan terjadi penolakan di internal Republik sendiri, karena total stimulus yang mencapai US$ 3 triliun dinilai sudah terlalu banyak.

"Bola berada di tangan Kongres. Kebijakan fiskal adalah fondasi penting untuk ekonomi yang lebih baik, pemulihan yang lebih kuat, menurunkan angka pengangguran, mengembalikan orang-orang ke tempat kerja, dan membuka kembali sekolah-sekolah. Tanpa bantuan pemerintah, permintaan akan bermasalah," tegas Charles Evans, Presiden Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Chicago, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular