Agus Marto: Ekonomi RI Bakal Minus 4-6% di Kuartal 2

Yuni Astuti, CNBC Indonesia
03 August 2020 12:12
BI
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2013-208, Agus Dermawan Wintarto (DW) Martowardojo, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua 2020 tumbuh negatif di kisaran 4-6%.

"Indonesia rata-rata pertumbuhan ekonomi 5 tahun 5%, Q1 2020, itu sudah turun 2,97%. Padahal kita baru mengumumkan adanya Covid-19 awal Maret. Kita semua prediksi tekanan kepada masyarakat, sosial ekonomi akan membuat ekonomi Indonesia di 2020 Q2, tumbuh negatif, kita melihat negatif 4-6%," katanya dalam seminar daring "Ekonomi Indonesia di Ambang Resesi, Apa Solusinya?" di Jakarta, Senin (3/8/2020).

Mantan Menteri Keuangan ini juga menyebut, tahun 2018 dan 2019, defisit anggaran atas APBN tak pernah di angka 2,6%. Sekarang di tahun 2020 untuk mendukung komitmen penyelamatan Indonesia, kesehatan, keamanan sampai ekonomi pemerintah telah membuka defisit APBN tadinya di 1,76% di tahun 2020 sekarang melonjak 6,34%.

Tak hanya Agus Martowardojo, dalam kesempatan yang sama ekonom senior Raden Pardede juga menyebut jika perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi, dan diperkirakan negatif 4-5%.

"Ingat negara lain lebih parah. Kuartal II-2020 terima akan mengalami negatif. pertanyaan apakah kuartal 3-4 mengalami negatif atau tidak?," jelasnya.

Dia menyebut, secara teknikal, kalau mengalami pertumbuhan ekonomi negatif di kuartal ketiga, maka ekonomi akan mengalami resesi. Jika kuartal IV-2020 mengalami pertumbuhan yang juga negatif, masih disebut juga resesi.

"Kalau tahun depan masih negatif berarti depresi. Secara ekonomi, ini yang akan dilakukan pencegahan. kuartal III jangan negatif," tegasnya.

Menghindari resesi ini, prasyarat di awal harus timbul dulu rasa aman dan sehat. Menurutnya, jangan dilihat bahwa hanya memusatkan perhatian ke ekonomi.

"Kita tak bisa seperti negara maju lockdown [karantina wilayah] dalam waktu yang lama. Apa yang paling maksimum yang bisa kita lakukan di situasi seperti sekarang. TLI: Tes, Lacak dan Isolasi. Itu harus dilakukan. Ini akan menjadi fokus beberapa bulan ke depan," pungkasnya.

Sebagai informasi, di kuartal I, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,97%. Nilai itu mendarat jauh dari target kuartal I yang diharapkan mencapai kisaran 4,5-4,6%.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional atau IMF meramalkan ekonomi global di 2020 akan -4,9%. Angka ini lebih rendah 1,9 poin persentase dibanding outlook IMF pada April 2020, yakni -3%.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu.

Untuk Indonesia, IMF memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di angka -0,3% di tahun 2020. Padahal April 2020 lalu, IMF masih optimis memandang ekonomi RI masih dapat tumbuh 1,5%.

Kendati demikian, pada tahun berikutnya produk domestik bruto (PDB) RI diperkirakan akan kembali mencatatkan pertumbuhan yakni 6,1% pada 2021.

Bank Dunia bahkan dalam proyeksi terbarunya, memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias stagnan atau hanya 0% pada tahun ini. Apabila situasi memburuk, ekonomi Indonesia diproyeksikan akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif.

Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apakah RI Bakal Resesi? Ini Kata Agus Martowardojo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular