Ekonomi Amerika Serikat Hancur Lebur, Tapi Ada Kabar Baik Nih

Putu Agus Pransuamitra & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 July 2020 14:05
Presiden Donald Trump (AP/Patrick Semansky)
Foto: Presiden Donald Trump (AP/Patrick Semansky)

Hancur lebur di kuartal II-2020, Pemerintah AS tentunya tak tinggal diam. Kebijakan lockdown dihentikan, ekonomi dibuka kembali meski dengan penerapan protokol kesehatan. Alhasil tanda-tanda kebangkitan ekonomi AS sudah terlihat di akhir kuartal II.

Melansir The Balance, ada lima indikator ekonomi yang dijadikan acuan suatu negara mengalami resesi, yakni produk domestic bruto (PDB) riil, pendapatan, tingkat pengangguran, manufaktur, dan penjualan ritel.

PDB kuartal III-2020 akan dirilis pada bulan Oktober nanti yang akan menandai bangkit atau tidaknya ekonomi AS. Sementara 4 indikator lainnya sudah bisa dilihat update terbarunya.

Dari indikator pendapatan, Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan rata-rata upah per jam mengalami penurunan 1,2% month-on-month (MoM) di bulan Juni, di bulan sebelumnya juga turun 1% MoM. Artinya, pendapatan warga AS bertambah di bulan Juni, tren tersebut bisa berlanjut di bulan ini.

Kemudian tingkat pengangguran AS mengalami penurunan 2 bulan beruntun, di di bulan Juni tercatat sebesar 11,1%, turun dari 13,3% di bulan sebelumnya. Di bulan April, tingkat pengangguran mencapai rekor tertinggi 14,7%.

Kemudian sektor manufaktur AS, mengalami kontraksi di bulan April dan Mei, akhirnya kembali berekspansi di bulan Juni.

Data yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di bulan Juni sebesar 52,6. Sektor non-manufaktur juga melesat naik menjadi 57 dari setelah mengalami kontraksi 2 bulan beruntun.

Untuk diketahui, PMI manufaktur menggunakan angka 50 menjadi ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi dan di atasnya berarti ekspansi.

Yang terakhir, penjualan ritel yang menjadi indikasi belanja konsumen AS. Di bulan April penjualan ritel nyungsep 14,7% month-on-month (MoM), dan 19,8% year-on-year (YoY). Tetapi dalam 2 bulan terakhir, penjualan ritel kembali tumbuh.

Indikator-indikator tersebut bisa memberikan gambaran roda bisnis di AS kembali berputar dan menjadi sinyal kebangkitan ekonomi. Data-data terbaru di untuk bulan Juli yang menjadi awal kuartal III-2020 akan dirils mulai pekan depan, dan memberikan gambaran apakah tren pemulihan ekonomi terus berlanjut.

Data ini kan menjadi perhatian mengingat AS saat ini masih mengalami penambahan kasus virus corona di Negara Bagian Texas, Florida, dan California. Lonjakan kasus tersebut tentunya mengancam pemulihan ekonomi.

Jika pemulihan ekonomi berlanjut di bulan Juli, maka di kuartal III-2020 perekonomian AS berpeluang bangkit. Conference Board dalam proyeksi terbarunya yang dirilis 8 Juli lalu memprediksi pada periode Juli-September PDB AS akan melesat 20,6% (quarterly annualized). Tulang punggung perekonomian AS, belanja konsumen, diprediksi akan bangkit dan tumbuh 20,8%.

Namun pertumbuhan PDB akan melambat di kuartal IV-2020 menjadi 0,8% saja.

Tetapi sekali lagi, tren penambahan kasus Covid-19 menjadi sangat penting dalam meneNtunkan kebangkitan ekonomi. Jika tren tersebut terus naik, maka roda perekonomian bisa kembali melambat, seperti Negara Bagian California misalnya yang kembali menerapkan kebijakan lockdown.

Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) saat mengumumkan kebijakan moneter Kamis dini hari WIB juga menyatakan meningkatnya kasus Covid-19 di AS membuat pemulihan ekonomi berjalan lambat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular