
Diramal Bakal Menguat, Dolar Singapura Hari Ini di Rp 10.567

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (30/7/2020). Fitch Solutions meramal dolar Singapura akan menguat melawan dolar Amerika Serikat di tahun ini, artinya outlook-nya positif, yang bisa berdampak pada penguatan melawan rupiah juga.
Pada pukul 13:10 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.567,22, dolar Singapura menguat 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Untuk tahun ini, Fitch Solution merevisi rata-rata harga dolar Singapura menjadi 1,3950/US$ dari prediksi sebelumnya 1,4250/US$ atau menguat 2,11%.
"Dalam jangka pendek, kami memperkirakan dolar Singapura akan stabil setelah menguat cukup tajam di awal Juni merespon berputarnya kembali perekonomian serta pelemahan dolar AS," kata Fitch Solutions, sebagaimana dikutip Business Times, Senin (27/7/2020).
Fitch Solutions juga memprediksi dolar AS akan melemah dalam jangka panjang, akibat perekonomian global yang mulai pulih di 2021 membuat risk appetite pelaku pasar terjaga.
Untuk tahun depan, rata-rata harga dolar Singapura juga direvisi menguat menjadi 1,3800/US$ dari sebelumnya 1,4100/US$.
Risk appetite pelaku pasar memang cukup bagus belakangan ini setelah Eropa menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi. Sebelumnya, China sang raksasa ekonomi dunia setelah AS juga menunjukkan hal yang sama.
Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan jasa di zona euro, semuanya di atas 50.
PMI dari Markit menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atasnya berarti ekspansi, di bawah berarti kontraksi.
Dengan rilis semua di atas 50, artinya roda bisnis manufaktur dan jasa di zona euro sudah kembali berputar, sehingga perekonomian bisa segera bangkit kembali.
Kebangkitan ekonomi Eropa bisa semakin terakselerasi lagi setelah pemerintah Eropa pada pekan lalu yang menyepakati stimulus fiskal senilai 750 miliar guna membangkitkan perekonomian yang merosot ke jurang resesi akibat pandemi penyakit virus corona.
Sementara itu pertumbuhan ekonomi China sudah bangkit terlebih dahulu. Di kuartal II-2020 ekonomi China tumbuh 3,2% year-on-year (YoY), setelah mengalami kontraksinya sangat dalam, 6,8% YoY di kuartal sebelumnya, terparah sepanjang sejarah. Negeri Tiongkok langsung bangkit.
Ahli strategi pasar global JPMorgan Asset Management, Marcella Chow dalam catatan yang dikutip CNBC International memprediksi pertumbuhan ekonomi China akan terus berlanjut, yang bisa menjaga risk appetite pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
