
Bak Gatot Kaca, Kekuatan Rupiah Masih Tak Terbendung!
![[DALAM] Rupiah Sentuh 30.000](https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/07/20/thumb-rupiah-sentuh-30000_169.jpeg?w=900&q=80)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah diprediksi terus menguat 7 hari berturut-turut hingga hari ini, Rabu (29/7/2020). Pasalnya posisi dolar Amerika Serikat (AS) masih belum pada kondisi yang stabil.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% melawan dolar AS ke Rp 14.480/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Rupiah mencatatkan penguatan 6 hari beruntun.
Sampai hari ini pun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Mengutip data Refinitiv selama sepekan, kurs 28 Juli pukul 14.45 WIB berada pada level Rp 14.572,2, menguat 27 basis poin dibandingkan dengan kurs 29 Juli, pukul 07.00 WIB yang berada pada level Rp 14.545.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.
Dengan begitu, Tim Riset CNBC Indonesia menilai psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu selalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
Indeks dolar AS memang bangkit dari level tertinggi 2 tahun kemarin, tetapi diramal masih akan melemah lagi, sebab pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam lebih lambat ketimbang negara lainnya.
"Saya pikir pasar sedang berhenti sejenak, dan itu wajar (indeks dolar bangkit) melihat penurunan dolar AS belakangan ini," kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valas di USB New York, sebagaimana dilansir CNBC International.
Menurut Serebriakov ekonomi global memang sedang dalam pemulihan dari covid-19, tapi tidak merata. Dia menilai, pemulihan ekonmi yang paling baik terjadi di Eropa dan China ketimbang di AS.
"Dolar AS tipe mata uang yang berlawanan dengan siklus, jadi ketika perekonomian global cenderung membaik, dolar AS akan melemah," kata Serebriakov melanjutkan.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh Dolar AS Lagi Garang, Rupiah pun Ditekuk & Tumbang