Kasus Corona Tembus 50.000, Kurs Dolar Singapura Turun Tipis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 July 2020 14:30
Singapore currency notes are seen through a magnifying glass among other currencies in this photo illustration taken in Singapore April 12, 2013. REUTERS/Edgar Su
Foto: REUTERS/Edgar Su

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah tipis melawan rupiah pada perdagangan Selasa (28/7/2020). Jumlah kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Singapura yang tembus 50.000 orang cukup membebani mata uangnya.

Pada pukul 13:29 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.496,56, dolar Singapura melemah 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Singapura (Ministry of Health/MoH) per 27 Juli kemarin, jumlah kasus Covid-19 sebanyak 50.838 orang, bertambah 469 orang dari hari sebelumnya.

Jumlah kasus Covid-19 di Singapura memang jauh lebih rendah, sekitar setengah dari Indonesia. Per 27 Juli kemarin, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 100.303 orang, bertambah sebanyak 1.525 orang dari hari sebelumnya.

Memang terlihat ada perbedaan yang mencolok, tetapi jika melihat luas negara, jumlah penduduk, tentunya jumlah kasus di Singapura tersebut bisa dikatakan cukup besar.

Jumlah penduduk Singapura sekitar 5,85 juta, artinya sebanyak sekitar 0,9% warga Singapura terjangkit Covid-19. Sementara jumlah penduduk Indonesia sekitar 267 juta, tentunya sangat jauh lebih banyak.

Apalagi, Singapura merupakan negara maju, dengan fasilitas kesehatan yang tentunya lebih baik, nyatanya jumlah kasusnya masih terus menunjukkan peningkatan.

Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar Covid-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.

Namun setelahnya, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik".

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga saat ini sudah lebih dari 50.000 orang, meroket dibandingkan pertengahan Maret lalu yang total kasusnya hanya 200-an.

Guna meredam penyebaran virus corona, Pemerintah Singapura sempat menerapkan kebijakan karantina atau yang disebut circuit breaker di bulan April hingga awal Juni. Kebijakan tersebut membuat roda bisnis menurun drastis yang pada akhirnya membawa Singapura memasuki resesi.

Pemerintah Singapura pada hari Selasa (14/7/2020) melaporkan perekonomian mengalami kontraksi di kuartal II-2020. Tidak tanggung-tanggung produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2020 berkontraksi alias minus 41,2% quarter-to-quarter (QtQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020. Kontraksi pada periode April-Juni tersebut lebih buruk dari konsensus di Trading Economic sebesar -37,4%.

Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) PDB minus 12,6%, juga lebih buruk dari konsensus minus 10,5% YoY. Tidak hanya lebih buruk dari konsensus, PDB tersebut juga terburuk sepanjang sejarah Negeri Merlion. Di kuartal I-2020, PDB mengalami kontraksi tipis -0,3% YoY.

Dengan demikian, Singapura sah mengalami resesi. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular