
Pola Doji & Warning Bagi Rupiah dari Investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (27/7/2020) hingga berhasil menembus ke bawah Rp 14.500/US$. Penguatan hari ini sekaligus memperpanjang reli rupiah menjadi 5 hari beruntun.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,28% ke Rp 14.500/US$ saat pembukaan perdagangan. Penguatan sempat terakselerasi hingga 0,62% ke Rp 14.450/US$, yang menjadi level terkuat intraday.
Setelahnya penguatan rupiah terpangkas, bahkan sempat menyentuh level Rp 14.530/US$ atau hanya menguat 0,07%. Di akhir perdagangan berada di level Rp 14.490/US$ menguat 0,34% di pasar spot.
Posisi penutupan rupiah yang tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.
Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.
![]() Foto: Refinitiv |
Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah, sehingga suatu instrument berpeluang memasuki fase konsolidasi.
Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$. Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini, bahkan ada kemungkinan sampai pekan depan.
Indikator stochastic bergerak turun tetapi masih belum masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika USD/IDR mencapai oversold, rupiah punya peluang berisiko berbalik melemah.
Artinya, jika belum mencapai oversold, rupiah punya peluang untuk menguat di pekan ini, menuju batas bawah fase konsolidasi Rp 14.325/US$.
Arah pergerakan selanjutnya akan ditentukan apakah rupiah mampu menembus batas bawah tersebut sehingga akan menguat lebih lanjut, atau sebaliknya batas atas Rp 14.730/US$ yang akan dilewati sehingga risiko pelemahan semakin membesar.
Batas atas tersebut juga merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fib. Retracement 61,8% tersebut rupiah masih berpeluang menguat.