Kurs Dolar Singapura Akan Lebih Murah Ketimbang Australia!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 July 2020 15:19
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah tipis melawan rupiah pada perdagangan Senin (27/7/2020), di saat yang sama kurs dolar Australia justru menguat.

Jika pergerakan terus seperti ini, kurs dolar Singapura bisa lebih murah lagi ketimbang dolar Australia.

Berdasarkan data Refinitiv, pada pukul 14:26 WIB, kurs dolar Singapura dibanderol Rp 10.504,2/SG$, melemah 0,07% di pasar spot. Di waktu yang sama, kurs dolar Australia menguat 0,22% ke Rp 10.550,1/AU$.

Kali terakhir kurs dolar Singapura lebih murah dari dolar Australia pada awal September 2018 lalu.

Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) membawa perekonomian global ke jurang resesi. Singapura menjadi salah satu korbannya.

Pemerintah Singapura pada hari Selasa (14/7/2020) melaporkan perekonomian mengalami kontraksi di kuartal II-2020. Tidak tanggung-tanggung produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2020 berkontraksi alias minus 41,2% quarter-to-quarter (QtQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020. Kontraksi pada periode April-Juni tersebut lebih buruk dari konsensus di Trading Economic sebesar -37,4%.

Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) PDB minus 12,6%, juga lebih buruk dari konsensus minus 10,5% YoY. Tidak hanya lebih buruk dari konsensus, PDB tersebut juga terburuk sepanjang sejarah Negeri Merlion. Di kuartal I-2020, PDB mengalami kontraksi tipis -0,3% YoY.

Sehingga, Singapura sah mengalami resesi. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global.

Di sisi lain, perekonomian Australia juga terpukul akibat Covid-19, tetapi belakangan in mendapat tenaga untuk menguat. Indeks dolar AS yang terus merosot membuat harga-harga komoditas berpeluang naik.

Sebabnya, komoditas global dibanderol dengan dolar AS, kala mata uang Paman Sam tersebut melemah harganya akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dampaknya permintaan berpeluang meningkat.

Emas misalnya, yang hari ini mencetak rekor tertinggi sepanjang masa hari ini. Logam mulia ini merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar Australia, sehingga kenaikan harganya tentunya akan menambah pendapatan negara.

Berdasarkan data dari Departemen Hubungan Luar Negeri dan Perdagangan, emas berkontribusi sebesar 4,8% dari total ekspor Australia di tahun 2018, dan berada di urutan ke enam komoditas ekspor terbesar.

Selain emas dunia, harga bijih besi yang merupakan komoditas ekspor terbesar Australia, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor, juga diramal akan mengalami peningkatan harga.

"Indeks dolar anjlok, sementara logam mulia menguat tajam, perak menguat sekitar 15% pekan ini, dan emas sekitar 3% dari rekor tertinggi sepanjang masa. Akibatnya mata uang yang terkait dengan komoditas seperti dolar Australia, real Brasil, krona Norwegia, krona Swedia, dan rand Afrika Selatan memimpin penguatan di pekan ini," kata Robin Wilkin, Global Cross Asset Strategist di LIoyd Bank, sebagaimana dilansir Poundsterling Live, Kamis (23/7/2020).

Jika benar harga komoditas bakalan terus menguat, maka tidak lama lagi kurs dolar Australia akan kembali lebih mahal ketimbang dolar Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular