Ringgit Menguat, Harga CPO jadi Tertekan
Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Harga minyak sawit mentah (CPO) Negeri Jiran terpangkas pada perdagangan awal pekan ini, Senin (27/7/2020). Penguatan ringgit terhadap dolar AS jadi sentimen pemberat yang membuat harga CPOÂ turun.Â
Pada 11.02 WIB, harga CPOÂ untuk kontrak pengiriman Oktober 2020 di Bursa Malaysia Derivatif dipatok di RM 2.750/ton. Harga CPOÂ turun 1% dari posisi penutupan perdagangan pekan lalu.Â
Sepekan lalu harga CPOÂ naik 6,27%. Kenaikan ini dipicu oleh risiko penurunan output akibat cuaca buruk yang melanda Indonesia dan Malaysia. Banjir yang melanda kawasan Kalimantan dikhawatirkan akan membuat panen terganggu.Â
Selain dari sisi pasokan, harga CPO juga mendapat sentimen positif dari permintaan yang membaik. Menurut survei yang dilakukan oleh Intertek Testing Services (ITS), ekspor minyak sawit periode 1-25 Juli naik 4,6% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.Â
Pada Sabtu pekan kemarin, ITS melaporkan ekspor minyak sawit Negeri Jiran pada 25 hari pertama bulan Juli mencapai 1.454.925 ton dari sebelumnya 1.390.860 ton. Kenaikan ekspor didominasi oleh CPO, RBD (Refined, Bleached, Deodorized) palm stearin dan palm fatty acid distillate.
Ekspor ke Uni Eropa (UE) turun dari 385.915 ton menjadi 330.980 ton. Ekspor ke China juga mengalami penurunan, dari 337.200 ton menjadi 285.075 ton. Namun impor India dan wilayah sekitarnya yang meningkat signifikan membuat total ekspor pada 25 hari bulan Juli secara umum meningkat.Â
Ekspor minyak sawit Malaysia ke India mencapai 388.790 ton padahal sebelumnya hanya 281.425 ton. Ekspor naik lebih dari 100 ribu ton. India memang mulai kembali membeli minyak sawit dari Malaysia.Â
Kenaikan permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi yang juga disertai dengan pembebasan bea keluar sampai nol persen hingga akhir tahun diperkirakan turut mendongkrak harga.
Namun pada perdagangan hari ini harga CPOÂ terkoreksi. Selain karena sudah reli terus menerus, penguatan ringgit Negeri Jiran turut menekan harga CPO. Ringgit yang menguat 0,2% di hadapan dolar AS membuat harga CPOÂ menjadi lebih mahal bagi pembeli asing sehingga mengurangi minat permintaan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg)[Gambas:Video CNBC]