Takut Resesi & Asing Bawa Kabur Rp 700 M, IHSG Drop 1% Lebih

Tri Putra, CNBC Indonesia
24 July 2020 15:35
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan Jumat (24/7/20) terpaksa di tutup di zona merah dengan penurunan 1,21% di level 5.082,99.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 693 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 8,3 triliun.

Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan jual bersih sebesar Rp 200 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 128 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan beli bersih sebesar Rp 30 miliar dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 14 miliar. 

Bank Indonesia (BI) telah melihat proyeksi perekonomian Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan negatif pada kuartal II-2020. Dan kemungkinan besar juga pertumbuhan negatif ini tetap lanjut pada kuartal III-2020.


Dengan ramalan ini artinya RI akan masuk jurang resesi. Sebab, jika secara teorinya jika perekonomian tumbuh negatif selama dua kuartal berturut-turut maka dinyatakan resesi.

"Forecast-forecast termasuk BI bahwa kuartal II pertumbuhan ekonomi akan negatif. Pertumbuhan di triwulan III (juga) dari BI kami perkirakan kemungkinan masih negatif," ujar Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung, Kamis (23/7/2020).

Sejalan dengan IHSG, bursa di kawasan Asia mayoritas terpantau merah, Hang Seng Index di Hong Kong turun 2,21%, Nikkei di Jepang libur, sedangkan Indeks STI di Singapore anjlok 1,41%.

Dari bursa acuan dunia, Wall Street kompak ditutup anjlok parah pada penutupan dini hari tadi Dow Jones terpaksa terdepresiasi 1,31%, S&P 200 turun 1,23%, dan Indeks Nasdaq terjungkal 2,29%.

Klaim pengangguran di angka 1,42 juta untuk pekan yang berakhir 18 Juli, naik dari 1,31 juta pada pekan sebelumnya. Ini merupakan kenaikan mingguan pertama sejak pekan yang berakhir pada 28 Maret ketika klaim tunjanggan pengangguran mencapai angka 6,9 juta akibat karantina wilayah/lockdown.

Realisasi angka tersebut juga terhitung lebih buruk, karena ekonom dalam polling Reuters semula hanya memperkirakan angkanya hanya 1,3 juta. Lonjakan kembali kasus Covid-19 memicu beberapa negara membatasi kembali aktivitas ekonominya.

"Kenaikan kasus Covid di Sun Belt dan terganjalnya rencana pembukaan kembali aktivitas di negara lain telah memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) putaran selanjutnya," tutur Thomas Simons, ekonom Jefferies, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Berita CNBC International memberikan angin segar tambahan, di mana anggota Kongres dari Partai Republik mengatakan bahwa ada pertimbangan untuk memperpanjang program santunan pengangguran yang sedianya bakal berakhir bulan depan, menjadi akhir tahun ini.

Hanya saja, nilai santunan per orangnya dikurangi dari US$ 600 per pekan menjadi US$ 100 per pekan. Menteri Keuangan Steven Mnuchin menyebutkan bahwa perpanjangan manfaat pengangguran itu akan didasarkan pada penggantian "70% gaji."

Penurunan terbesar terjadi di saham Apple setelah Goldman Sachs menyarankan investor untuk berhati-hati terhadap saham tersebut. "Kami meramalkan pendapatan per lembar saham Apple pada tahun kalender 2021 akan turun 16% dibawah konsensus pasar setelah jumlah unit produk dan harganya turun."

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular