Berkat Vaksin Covid-19, Rupiah Akhirnya Juara Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 July 2020 16:30
rupiah melemah terhadap Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (22/7/2020) melanjutkan kinerja positif Selasa kemarin. Sentimen pelaku pasar yang membaik merespon perkembangan vaksin virus corona membuat rupiah kembali perkasa.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuat perdagangan dengan menguat 0,54% ke Rp 14.600/US$, sayangnya level tersebut sekaligus menjadi yang terkuat hari ini. Setelahnya penguatan rupiah terpangkas meski masih bertahan di zona hijau.

Di akhir perdagangan, rupiah berada di level Rp 14.630/US$, menguat 0,34% di pasar spot.

Dengan penguatan tersebut, rupiah hari ini menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Bahkan, hanya tiga mata uang yang menguat melawan dolar AS hingga pukul 15:13 WIB, selain rupiah ada ringgit Malaysia dan dolar Taiwan.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia

Dari dalam negeri, Presiden Joko Widodo melalui akun Twitternya mengungkapkan bahwa Indonesia akan segera menggelar uji coba vaksin tahap ketiga. Jika berhasil, maka Bio Farma akan memproduksi vaksin dengan kapasitas 100 juta dosis per tahun.

Pengumuman tersebut memberikan harapan virus corona akan berhasil diredam, hidup kembali normal, dan roda perekonomian kembali berputar.

Kemarin, Holding BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero) menyatakan telah menyiapkan fasilitas produksi untuk memulai memproduksi vaksin Covid-19 yang akan dimulai pada kuartal I-2020, dengan catatan jika vaksin tersebut dinyatakan lolos uji klinis tahap ketiga.

Uji klinis tahap ketiga ini dilakukan di dalam negeri dan akan mulai pada Agustus 2020 mendatang. Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan perusahaan telah menyiapkan kapasitas produksi maksimal 250 juta dosis. Produksi akan mulai dilakukan 6 bulan setelah vaksin mulai diujikan kepada sampel.

"Apabila uji klinis vaksin Covid-19 tahap 3 lancar, maka Bio Farma akan memproduksinya pada Q1-2021 mendatang, dan kami sudah mempersiapkan fasilitas produksinya di Bio Farma, dengan kapasitas produksi maksimal di 250 juta dosis," kata Honesti dalam keterangannya, dikutip Selasa (21/7/2020).

Sementara itu dari luar negeri, hasil uji coba awal terhadap tiga kandidat vaksin corona menunjukkan hasil yang positif.

Vaksin pertama adalah yang diproduksi oleh AstraZaneca bekerja sama dengan Oxford University. Hasil uji coba menunjukkan bahwa imun tubuh responden bekerja dengan baik tanpa efek samping yang signifikan.

Kedua adalah vaksin buatan CanSiono Biologics dan divisi riset militer China. Dari 508 orang relawan yang diuji coba, sebagian besar membuahkan hasil positif. Imun tubuh meningkat dan tidak ada efek samping yang berlebihan.

Ketiga adalah kolaborasi BioNTech dan Pfizer yang melakukan uji coba terhadap vaksin yang menggunakan Ribonucleic Acid (RNA). Vaksin mendorong sel untuk membuat protein yang menyerupai bentuk luar virus corona. Kemudian materi ini akan dianggap sebagai benda asing yang kemudian ditangkal oleh sistem imun sehingga akan ampuh untuk menghadapi virus yang sesungguhnya.

"Pekan ini, ada kabar gembira karena vaksin memberi harapan. Optimisme pelaku pasar meningkat," sebut Felicity Emmet dari ANZ Research, seperti dikutip dari Reuters.

Sebelum menguat dalam 2 hari beruntun, rupiah sebenarnya mengalami tekanan yang cukup besar di bulan ini. Sepanjang Juli hingga Senin lalu, rupiah melemah nyaris 4%. Bahkan jika dilihat level Rp 14.830/US$ yang disentuh, Mata Uang Garuda merosot 4,66%.

Salah satu penyebab pelemahan rupiah adalah mundurnya pembagian deviden perusahaan-perusahaan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Seharusnnya pembagian deviden tersebut dilakukan pada akhir kuartal II-2020, mundur menjadi bulan Juli.

Saat deviden dibagikan, khususnya ke investor asing, maka akan direpatriasi sehingga terjadi aliran modal keluar yang membuat rupiah tertekan. Rata-rata deviden yang direpatriasi setiap kuartalnya sebesar US$ 6 miliar.

Selain itu, isu resesi semakin memperburuk kinerja rupiah. Pada pekan lalu, Singapura resmi mengalami resesi yang membuat isu tersebut kembali mencuat. Indonesia juga tak lepas dari isu resesi, Pada Kamis (16/7/2020) Bank Dunia merilis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020. Laporan itu diberi judul The Long Road to Recovery.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia

Juli merupakan awal kuartal III-2020, jika PSBB transisi terus berlanjut, artinya masih belum semua sektor ekonomi yang dibuka, maka ada risiko pertumbuhan ekonomi minus, seperti yang diramal oleh Bank Dunia.Di saat yang sama pada sore hari, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memperpanjang pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi selama 14 hari, akibat penyebaran kasus penyakit virus corona yang masih cukup tinggi. PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama.

Maklum saja, DKI Jakarta berokontribusi sebesar 29% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional di tahun 2019.

Untuk kuartal II-2020, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi bisa sampai minus 5,08%.

"Kami sendiri sekarang memprediksikan triwulan II-2020 diproyeksikan antara minus 5,08% sampai 3,54% dengan poinnya di -4,3%," kata Sri Mulyani dalam paparan Laporan Semester I-2020 dan APBN Kita Juli 2020, Senin (20/7/2020).

Dalam kesempatan sebelumnya, Sri Mulyani sempat memberikan prediksi PDB kuartal III-2020 di kisaran -1% sampai 1,2%. Itu artinya memang ada risiko Indonesia mengalami resesi di kuartal III-2020 nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular