Babak Belur Sejak Pekan Lalu, Rupiah Hari Ini Nomor 3 di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 July 2020 15:52
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (21/7/2020) setelah melemah cukup tajam kemarin, dan sepanjang pekan lalu. Update terbaru vaksin virus corona membuat rupiah menguat.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.710/US$, tetapi setelahnya langsung menguat hingga 0,27% ke Rp 14.670/US$ yang menjadi level terkuat intraday. Di akhir perdagangan, rupiah berada di level Rp 14.680/US$ menguat 02% di pasar spot.

Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik ketiga di Asia, hanya kalah dari won Korea Selatan dan baht Thailand. 

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:14 WIB.

Kabar bagus datang dari hasil uji coba vaksin corona yang membuat pelaku pasar ceria. Kala sentimen pelaku pasar membaik, aliran modal akan kembali masuk ke Indonesia, yang membuat rupiah perkasa.

Hasil uji coba awal terhadap tiga kandidat vaksin corona menunjukkan hasil yang positif.

Vaksin pertama adalah yang diproduksi oleh AstraZaneca bekerja sama dengan Oxford University. Hasil uji coba menunjukkan bahwa imun tubuh responden bekerja dengan baik tanpa efek samping yang signifikan.

Kedua adalah vaksin buatan CanSiono Biologics dan divisi riset militer China. Dari 508 orang relawan yang diuji coba, sebagian besar membuahkan hasil positif. Imun tubuh meningkat dan tidak ada efek samping yang berlebihan.

Ketiga adalah kolaborasi BioNTech dan Pfizer yang melakukan uji coba terhadap vaksin yang menggunakan Ribonucleic Acid (RNA). Vaksin mendorong sel untuk membuat protein yang menyerupai bentuk luar virus corona. Kemudian materi ini akan dianggap sebagai benda asing yang kemudian ditangkal oleh sistem imun sehingga akan ampuh untuk menghadapi virus yang sesungguhnya.

"Pekan ini, ada kabar gembira karena vaksin memberi harapan. Optimisme pelaku pasar meningkat," sebut Felicity Emmet dari ANZ Research, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu dari dalam negeri, Holding BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero) telah menyiapkan fasilitas produksi untuk memulai memproduksi vaksin Covid-19 yang akan dimulai pada kuartal I-2020, dengan catatan jika vaksin tersebut dinyatakan lolos uji klinis tahap ketiga.

Uji klinis tahap ketiga ini dilakukan di dalam negeri dan akan mulai pada Agustus 2020 mendatang. Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan perusahaan telah menyiapkan kapasitas produksi maksimal 250 juta dosis. Produksi akan mulai dilakukan 6 bulan setelah vaksin mulai diujikan kepada sampel.

"Apabila uji klinis vaksin Covid-19 tahap 3 lancar, maka Bio Farma akan memproduksinya pada Q1-2021 mendatang, dan kami sudah mempersiapkan fasilitas produksinya di Bio Farma, dengan kapasitas produksi maksimal di 250 juta dosis," kata Honesti dalam keterangannya, dikutip Selasa (21/7/2020).

Namun demikian, perusahaan tak serta merta dapat langsung melakukan uji klinis meski vaksin ini telah mendarat pada Minggu (19/7/2020). Masih terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan seperti pengujian di dalam Laboratorium Bio Farma, dan beberapa perizinan lainnya.

Kemarin rupiah melemah cukup tajam 0,62% ke Rp 14.710/US$ di awal pekan kemarin, setelah merosot 1,81% sepanjang pekan lalu. Di awal perdagangan kemarin, rupiah bahkan sempat ambrol 1,44% ke Rp 14.830/US$ yang menjadi level terlemah 2 bulan, tepatnya sejak 19 Mei lalu. 

Sementara sepanjang pekan lalu, Mata Uang Garuda ambrol 1,82%.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak lepas dari sentimen global. Hal itu dikatakan Destry saat menjadi pembicara dalam seminar yang digelar Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Senin (20/7/2020).

"Memang kalau diperhatikan belakangan ini nilai tukar bukan hanya di Indonesia tapi emerging market juga terus mengalami tekanan," ujar Destry.
Menurut dia, hal itu tak lepas dari analisis-analisis terkini terkait kondisi perekonomian global.

"Bahwa kondisinya (resesi) akan lebih deeper (dalam) dan longer (lama) sehingga terjadilah risk off. Jadi mereka menjauhi kembali instrumen-instrumen ataupun market yang mereka anggap akan membuat risiko tinggi," kata Destry.

Selain itu, rupiah mendapat tekanan sejak pekan lalu akibat meningkatnya risiko terjadinya resesi di Indonesia.

Pada Kamis (16/7/2020) Bank Dunia merilis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020. Laporan itu diberi judul The Long Road to Recovery.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia.

Di saat yang sama pada sore hari, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memperpanjang pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi selama 14 hari, akibat penyebaran kasus penyakit virus corona yang masih cukup tinggi. PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama.

Juli merupakan awal kuartal III-2020, jika PSBB transisi terus berlanjut, artinya masih belum semua sektor ekonomi yang dibuka, maka ada risiko pertumbuhan ekonomi minus, seperti yang diramal oleh Bank Dunia. Maklum saja, DKI Jakarta berkontribusi sebesar 29% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional di tahun 2019.

Dihantui resesi dari dalam negeri dan luar negeri membuat rupiah kekurangan tenaga untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular