
Awal Pekan Belum Hoki, Rupiah Seret IHSG ke Lembah Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan Senin (20/7/20) ditutup merah, turun 0,56% di level 5.051,10. Level tertinggi sempat dicapai yakni 5.100 tapi kemudian melorot lagi.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 68 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,6 triliun. Terpantau 132 saham harganya naik, 299 turun, sisanya 148 tetap.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 56 miliar dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 30 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan beli bersih sebesar Rp 97 miliar dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 42 miliar.
Sementara itu, bursa di kawasan Asia terpantau bervariatif, Hang Seng Index di Hong Kong turun 0,12%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 0,09%, sedangkan Indeks STI di Singapore turun 0,34%.
Sempat dibuka hijau, IHSG anjlok secara tiba-tiba dikarenakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah baik di kurs tengah Bank Indonesia (BI) dan juga 'arena' pasar spot.
Pada Senin (20/7/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.832. Rupiah melemah 0,35% dibandingkan posisi akhir pekan lalu dan berada di posisi terlemah sejak 18 Mei.
Sementara di pasar spot, rupiah mengawali hari dengan stagnasi di Rp 14.620/US$. Namun tidak butuh waktu lama bagi rupiah untuk masuk jalur merah, bahkan depresiasi mata uang Tanah Air semakin parah. Pada pukul 10:00 WIB, rupiah sudah melemah 0,75% ke Rp 14.730/US$, dolar AS sudah tembus level level Rp 14.700.
Sentimen negatif lain yang menerpa bursa hari ini terutama berasal dari dalam negeri, yakni tingginya angka infeksi Corona di dalam negeri yang telah menyalip China sejak akhir pekan lalu. Hari ini, kasus positif di Indonesia mencapai 84.882 sedangkan di Negeri Panda 83.660.
Hal ini memicu kekhawatiran bahwa karantina wilayah (lockdown) bakal kembali diberlakukan di kota-kota besar yang menjadi pusat perniagaan dan bisnis, dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Akibatnya, investor pun melakukan aksi jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000