Harga Emas Bakal US$ 3.000/Oz, Diramal 3-5 Tahun Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 July 2020 16:57
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menguat pada perdagangan Jumat (17/7/2020), tetapi jika dilihat dalam beberapa hari ke belakang logam mulia ini sebenarnya bergerak di situ-situ saja. Isu resesi yang mengancam dunia akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) masih menjadi pendongkrak kenaikan harga emas.

Pada pukul 16:25 WIB, emas dipedagangkan di level US$ 1.802,73/troy ons, menguat 0,3% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sejak pekan lalu, rentang pergerakan emas di kisaran US$ 1.790 sampai US$ 1.817/troy ons.

Emas merupakan aset aman (safe haven), yang permintaannya akan meningkat saat terjadi resesi. Kondisi resesi kali ini berbeda dari yang pernah terjadi sebelumnya. Pandemi Covid-19 membuat resesi terjadi dimana-mana, secara global. Maklum saja, guna meredam penyebaran virus corona negara-negara menerapkan kebijakan social distancing hingga lockdown yang membuat roda bisnis melambat bahkan mati suri.

Sayangnya, virus corona sudah menyerang lebih dari 200 negara dan wilayah, nyaris tidak ada tempat yang lepas dari serangan virus corona, sehingga resesi global akan terjadi. 

Kini kebijakan lockdown mulai dilonggarkan di berbagai negara agar perekonomian kembali berputar. Guna membantu memulihkan ekonomi, bank sentral di berbagai negara memberikan stimulus moneter yang "gila-gilaan". Program pembelian aset atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) menjadi andalan, dengan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memimpin secara nilai. The Fed mengumumkan akan melakukan QE tanpa batas selama dibutuhkan.

Hal itu menjadi salah satu alasan emas diramal terus melesat. Para analis memprediksi emas akan memecahkan rekor tertinggi US$ 1.920/troy ons yang dicapai pada September 2011 lalu. Bahkan jauh lebih tinggi lagi.

Diego Parrilla yang memimpin Quadriga Igneo Fund memprediksi emas akan mencapai US$ 3.000/troy ons dalam 3 sampai 5 tahun. Parrilla memberikan prediksi tersebut saat diwawancara oleh Bloomberg di pekan ini yang dikutip Kitco.

Quadriga Igneo Fund pada tahun ini mencetak return sebesar 47% berkat investasi di berbagi aset, dengan investasi di emas berkontribusi sekitar 50% dari total return yang dihasilkan.

Secara teknikal, emas berada dalam fase konsolidasi dalam beberapa hari terakhir. Sejak pekan lalu, rentang pergerakan emas di kisaran US$ 1.790 sampai US$ 1.817/troy ons yang menjadi batas fase konsolidasi.

Saat berada dalam fase konsolidasi, emas akan naik turun di batas atas (US$ 1.817) dan bawah (US$ 1.790). Tetapi fase konsolidasi ini di satu titik akan memicu "ledakan" alias pergerakan besar jika salah satu batas fase konsolidasi itu ditembus.

Semakin lama emas berada dalam fase konsolidasi potensi pergerakan besar akan semakin meningkat.

xauGrafik: Emas (XAU/USD) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu indikator stochastic sudah berada di wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) maka suatu harga suatu instrumen berpeluang turun.

Dengan kata lain, risiko penurunan harga emas lebih besar ketimbang bisa kembali menguat.

Jika batas bawah US$ 1.790 hingga ke batas atas US$ 1.817/troy ons, ada selisih sebesar US$ 27. Artinya jika emas menembus konsisten di bawah US$ 1.790/troy ons, maka target penurunannya sebesar US$ 27 yakni di US$ 1.763/troy ons.

Sementara jika emas pada akhirnya berhasil menembus batas atas US$ 1.817/troy ons maka target penguatannya US$ 1.844/troy ons.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular