
Lockdown Ngetren Lagi, Rupiah Lemah Lagi

Gara-gara virus corona yang kembali menggila, kebijakan pembatasan sosial (social distancing) kembali diketatkan di sejumlah negara, meski dalam skala yang lebih terbatas. Pembatasan aktivitas publik hanya dilakukan di daerah tertentu, bukan di penjuru negeri.
Misalnya di Spanyol. Wilayah Otonomi Galicia dan Catalonia kembali menerapkan karantina wilayah (lockdown) setelah terjadi lonjakan kasus. Kebijakan ini sudah mendapat lampu hijau dari Madrid.
"Social distancing dan lockdown adalah kunci untuk meratakan kurva kasus. Sekarang kebijakan itu dibutuhkan lagi untuk mencegah penyebaran," tegas Salvador Illa, Menteri Kesehatan Spanyol, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kemudian di AS, negara dengan kasus corona terbanyak se-dunia, beberapa wilayah juga kembali mengetatkan social distancing. Teranyar adalah Negara Bagian California, yang pekan ini kembali melarang restoran, bar, pusat kebugaran, dan perkantoran non-esensial untuk beroperasi.
Situasi di Negeri Paman Sam memang mengkhawatirkan. Per 16 Juli, jumlah pasien positif corona adalah 3.483.832 orang. Bertambah 67.404 orang (1,97%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Tambahan pasien baru 67.404 dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak AS mencatatkan kasus perdana pada 21 Januari. Sementara laju pertumbuhan 1,97% adalah yang tertinggi sejak 11 Juli. Bukannya melandai, kurva kasus corona di Negeri Adikuasa malah naik-naik ke puncak gunung.
Melihat perkembangan ini, nyali investor ciut. Sangat wajar dan dapat dimaklumi jika pelaku pasar memilih bermain aman, salah satunya dengan menggenggam dolar AS. "Dolar AS adalah safe haven (aset aman) yang bagus di tengah kekhawatiran kembalinya tren lockdown," ujar Minori Uchida, Head of Global Market Research MUFG Bank, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
