Singapura Resesi, Dolar Singapura Masih Menguat, Kok Bisa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 July 2020 11:17
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melaju kencang pada perdagangan Rabu (14/7/2020), sehari setelah Negeri Merlion resmi mengalami resesi. Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang berisiko memanas kembali membuat rupiah lemas pada hari ini. 

Pada pukul 10:04 WIB, dolar Singapura menguat 0,89% ke Rp 10.416,22/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Presiden Trump, pada Selasa waktu setempat (dini hari tadi waktu Indonesia) telah menandatangani undang-undang yang memberikan sanksi ke China karena melakukan intervensi otonomi Hong Kong.

Trump juga menandatangani keputusan presiden (keppres) yang menghentikan perlakukan khusus yang selama ini diterima Hong Kong.

"Hong Kong kini akan diperlakukan sama seperti China. Tidak ada keistimewaan, tidak ada perlakukan ekonomi khusus, dan tidak ada transfer teknologi. Sebagai tambahan, seperti yang ada tahu, kita akan mengenakan bea importasi (ke Hong Kong) dan sudah mengenakan bea importasi yang besar ke China" kata Trump, sebagaimana dilansir CNBC International.

Sementara itu, kemarin Pemerintah Singapura melaporkan perekonomian mengalami kontraksi di kuartal II-2020. Tidak tanggung-tanggung produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2020 minus 41,2% quarter-to-quarter (QtQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020. Kontraksi pada periode April-Juni tersebut lebih buruk dari konsensus di Trading Economic sebesar -37,4%.

Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) PDB minus 12,6%, juga lebih buruk dari konsensus minus 10,5% YoY. Tidak hanya lebih buruk dari konsensus, PDB tersebut juga terburuk sepanjang sejarah Negeri Merlion. Di kuartal I-2020, PDB mengalami kontraksi tipis -0,3% YoY.

Dengan demikian, Singapura sah mengalami resesi. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global.

Rupiah juga cukup terbebani oleh resesi yang dialami Singapura, karena merupakan mitra strategis Indonesia.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat penanaman modal asing (PMA) Singapura sebesar US$ 6,5 miliar, menjadi yang terbesar dibandingkan negara-negara lainnya. Di kuartal I-2020, nilai PMA Singapura juga masih tinggi, sebesar US$ 2,72 miliar, tetapi di kuartal II-2020 mungkin lain ceritanya.

Selain itu, Singapura juga merupakan pasar ekspor non-migas Indonesia, pada periode Januari-April, nilai ekspor non-migas ke sebesar US$ 3,53 miliar, sementara impor US$ 2,94 miliar. Resesi yang dialami Singapura tentunya mengurangi nilai ekspor, begitu juga impor.

Oleh karena itu, perekonomian Indonesia juga diramal akan mengalami kontraksi di kuartal II-2020.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%. Agar terhindar dari resesi, PDB perlu tumbuh positif di kuartal III-2020 nanti.

Tetapi, PDB kuartal III-2020 diramal di kisaran -1% sampai 1,2%. Itu artinya "hantu" resesi siap menggentayangi Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular