
Jokowi Geber Food Estate, Masih Menarik Gak Saham CPO?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di bawah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk menggarap mega proyek lumbung pangan alias food estate.
Wakil Menteri Pertahanan, Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa food estate ini bakal jadi contoh pertanian modern di Indonesia. Memang, menurutnya sulit membayangkan realisasinya ketika proyek ini belum di depan mata. Namun setidaknya ada sejumlah contoh di negara lain.
Ia menyebut, butuh anggaran sebesar Rp 68 triliun yang harus disiapkan pemerintah. Kebutuhan tersebut dipakai untuk menyiapkan food estate, dari rantai produksi hulu sampai ke hilir.
Tahun ini pihaknya mulai menyiapkan pembukaan lahan, sehingga tahun depan proses tanam sudah bisa dilakukan.
![]() Presiden Joko Widodo beserta rombongan meninjau lokasi pengembangan food estate atau lumbung pangan nasional dalam kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Tengah pada Kamis (9/7/20220). (Biro Pers Sekretariat Presiden/ Laily Rachev) |
Targetnya pada 2022 masa panen sudah bisa berlangsung di kawasan lumbung pangan di Kalimantan Tengah (Kalteng). Setelah panen, dia menjelaskan bahwa hasil produksi akan masuk ke industri hilir yang juga tengah disiapkan dalam waktu bersamaan.
"Kita siapkan, terserah kalau nanti swasta mau terlibat boleh. Tapi kalau enggak ya kita siapkan. Itu cuma butuh Rp 68 triliun. Kita ajukan kepada pak Presiden, terbitkan bond [obligasi] lokal saja. Toh nanti hasilnya dollar," ujarnya.
Di tengah rencana food estate ini, bagaimana korelasinya dengan pasar saham?
Mari melihat kinerja harga saham perusahaan yang bergerak sektor agrikultur di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tentunya bisa mencerminkan kinerja perusahaan secara umum.
Apakah sudah membaik pasca diserang Covid-19 sehingga bisa bahu membahu membantu pemerintah dalam ekspansi mega proyek lumbung pangan ini?
Kinerja Saham Emiten CPO & Karet
Ternyata dalam 3 bulan terakhir perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor agrikultur sudah mulai pulih dari pandemi corona, bahkan mayoritas berhasil memiliki kinerja harga yang lebih baik daripada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alias outperform.
Tercatat saham dengan kapitalisasi pasar paling besar di sektor agrikultur PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) bahkan sudah berhasil terbang tinggi 52,25% dalam 3 bulan terakhir, jauh di atas IHSG yang hanya mampu naik 9,51%.
Kenaikan ini sendiri terjadi karena harga crude palm oil (CPO) berhasil pulih dari serangan virus Covid-19 yang ditunjukkan oleh naiknya permintaan CPO. Alhasil turut mengerek harganya naik ke harga RM 2.450/ton atau kenaikan sebesar 24,15% dari titik terendahnya semenjak 3 bulan terakhir.
Sementara itu kinerja terburuk dibukukan oleh PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) yang harus rela terkoreksi 20,90% dalam 3 bulan. SSMS terpaksa membukukan rugi bersih sebesar Rp 339 miliar setelah produksinya terganggu oleh pandemi virus corona pada kuartal pertama 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000