
China 'Buang Dolar'? AS: Aku Rapopo!

Hubungan AS-China yang menegang terjadi pula di bidang ekonomi. Pemerintahan Trump berpaya 'mengusir' perusahaan China yang melantai di bursa saham New York. Kita juga tahu bagaimana perlakuan AS terhadap Huawei, raksasa teknologi komunikasi asal China.
Dengan perkembangan tersebut, China kemudian berupaya untuk membangun kekuatan. Tidak hanya di bidang politik dan pertahanan, tetapi juga ekonomi. Salah satunya adalah dengan mencoba melepaskan ketergantungan terhadap mata uang dolar AS. China sedang gencar mempromosikan yuan sebagai mata uang internasional yang berposisi setara dengan greenback.
"Internasionalisasi yuan berubah dari sesuatu yang diinginkan menjadi hal yang sangat diperlukan bagi Beijing. China perlu mencari pengganti dolar di tengah ketidakpastian politik," kata Ding Shuang, kepala ekonom Standard Chartered untuk wilayah China dan Asia Utara, seperti diberitakan Bloomberg.
Salah satu bentuk aksi 'buang dolar' China dilakukan dengan melepas kepemilikan di obligasi pemerintah AS. Sudah cukup lama China menjadi investor terbesar di obligasi pemerintah AS, tetapi kini tidak lagi.
Pada April 2019, kepemilikan China di obligasi pemerintah AS tercatat US$ 1,11 triliun. Kala itu, China masih menjadi investor terbesar di pasar surat utang pemerintah AS.
Namun setahun kemudian, nilai kepemilikan China turun menjadi US$ 1,07 triliun. Artinya, dalam setahun kepemilikan China berkurang 3,61%.
Bahkan kepemilikan China terus dalam tren menurun sejak 2018. Setelah perang dagang meletus, sepertinya aksi 'buang dolar' memang sudah terjadi.
![]() |