Terungkap! Ini 24 Saham yang Bikin Jiwasraya Rugi Triliunan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
13 July 2020 16:28
Sidang lanjutan Jiwasraya. CNBC Indonesia/Andrean Kristianto
Foto: Sidang lanjutan Jiwasraya. CNBC Indonesia/Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Divisi Investasi Jiwasraya, Faisal Satria Gumay membeberkan 24 saham yang menjadi penyebab penurunan nilai investasi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Penurunan dalam nilai 24 saham tersebut akhirnya menimbulkan kerugian negara hingga triliunan rupiah.

Fakta ini disampaikan Faisal di persidangan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, mengacu pada hasil audit dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyebutkan Jiwasraya berinvestasi di instrumen saham maupun reksa dana saham yang tidak likuid atau tidak memiliki potensi tumbuh secara optimal.

Selain itu, lanjut Faisal, pada 2014, BUMN asuransi tertua ini menempatkan dana di reksa dana saham yang produknya dibuat berdasarkan permintaan Jiwasraya dan kesepakatan bersama dengan sejumlah Manajer Investasi.

"Manajer Investasi diminta untuk membikinkan produk khusus untuk Asuransi Jiwasraya," kata Faisal, Selasa (13/7/2020) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur.

Dia menemukan fakta bahwa ada 24 emiten yang sahamnya menjadi basis reksa dana milik Jiwasraya mengalami penurunan harga hingga menyentuh level terendah Rp 50 per saham.

Dari jumlah itu, ada empat saham yang merupakan milik emiten kelompok usaha Grup Bakrie, antara lain: PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL).

Emiten dengan harga gocap lainnya adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK), Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), PT SMR Utama Tbk (SMRU), PT Armidian Karyatama Tbk (ARMY), PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI), Astrindo Nusantara Infrasruktur Tbk (BIPI), PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN), Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO). Bakrieland Development Tbk (ELTY), Himalaya Energi Perkasa Tbk (HADE).

Selanjutnya ada PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI), Capitalinc Investment Tbk (MTFN), PT Hanson International Tbk (MYRX), PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO), Siwani Makmur Tbk (SIMA), PT Sugih Energy Tbk (SUGI), PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) dan PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk (TMPI).

Pada kesempatan sama, Direktur Utama Jiwasraya, Hexana Tri Sasongko mengakui, kondisi yang melanda perseroan sangat kompleks.

Dari kesaksiannya, Hexana bahkan menyebut Jiwasraya sudah dinyatakan insolvensi sejak tahun 2007-2008. Kerugian yang dialami Jiwasraya terus menggunung hingga akhirnya dinyatakan gagal bayar pada Oktober 2018 melalui produk Saving Plan.

Berdasarkan perhitungannya, ekuitas Jiwasraya minus cukup besar dan tidak bisa memenuhi kewajiban (liabilities) karena penempatan investasi yang dilakukan sebelumnya melanggar prinsip kehati-hatian.

"Masalah Jiwasraya sangat kompleks, injeksi modal tidak cukup, harus direstrukturisasi. Oleh karena itu program penyelamatan diamanatkan melalui restrukturisasi polis, tanpa itu, kehadiran pemerintah tidak bermakna," katanya.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Intip Bukit Uang Rp 77 M yang Dikembalikan Sinarmas ke Negara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular