Jokowi Sempat Murka, Benarkah Saham Gorengan Hilang?

Tri Putra, CNBC Indonesia
13 July 2020 14:54
Pembukaan Perdagangan Bursa awal 2018
Foto: Muhammad Sabki

Salah satu yang disukai para pelaku pasar dari saham gorengan dari harga sahamnya yang sering bergerak liar, dari pergerakan liar harga saham gorengan para trader bisa dengan cepat membeli dan menjualnya kembali, mengambil keuntungan (atau terpaksa rugi) dalam waktu singkat.

Sedangkan untuk saham-saham yang lebih aman yang berkapitalisasi pasar jumbo seperti bluechip, harganya cenderung stabil, tidak bergerak banyak secara harian., akan tetapi semuanya berubah secak pandemi corona menyerang.

Inilah yang menyebabkan di masa-masa ketidakpastian ekonomi, saham-saham gorengan tidak diminati oleh para pelaku pasar sehingga transaksinya turun karena para pelaku pasar beranggapan trading di saham bluechip lebih aman.

Toh kalau nyangkut trader bisa berubah haluan menjadi investor karena memang harga saham-saham bluechip masih murah dan ada potensi kembali ke harga sebelum pandemi. Bandingkan jika nyangkut di saham gorengan dan dibiarkan, sial-sial harganya malah turun ke level terendahnya alias gocap.

ARB Dibatasi
Pada Maret silam untuk meredam gejolak di pasar modal, BEI menerapkan peraturan baru, peraturan ini berupa pembatasan level penurunan harga saham harian atau biasa lebih dikenal dengan ARB (Auto Reject Bawah).

Dalam sehari, harga suatu saham dibatasi hanya bisa turun sebanyak 10% saja. Selang sehari kemudian setelah rilis peraturan ini, BEI merivisi peraturan tersebut dan kembali menurunkan level ARB menjadi 7% dan ini bertahan hingga hari ini.

Hal ini terjadi karena ketakutan para pemangku kebijakan akibat anjloknya bursa-bursa di kawasan emerging market sampai dengan 10% dalam sehari.

Hal ini ternyata juga berdampak kepada saham gorengan. Aturan ini membuat harga saham yang sedang di goreng tidak bisa drop lebih dari 7%. 

Jika menggunakan aturan lama, dalam tiga hari harga saham gorengan bisa terkoreksi sampai dengan 72%, bandingkan dengan sekarang untuk mencapai penurunan yang sama diperlukan 20 hari perdagangan atau 4 minggu.

Tentunya apabila harga suatu saham terus-terusan ARB selama 1 bulan berturut-turut seperti ini maka para pelaku pasar akan menjadi malas untuk bertransaksi di saham ini, sehingga tentunya akan membuat saham ini menjadi tidak atraktif. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(trp/hps)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular