
Jokowi Sempat Murka, Benarkah Saham Gorengan Hilang?
![[DALAM] Jokowi Berantas Penggoreng Saham](https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/01/02/c7d939b2-9148-41d4-8863-5c338c0596ab_169.jpeg?w=900&q=80)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mega-skandal korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sejak akhir tahun lalu menjadi sorotan publik. Kasus ini menjadi sontak membuat banyak pelaku pasar modal kaget, karena nilai kerugian yang diperkirakan mencapai Rp 12 triliun, versi Kejaksaan Agung (Kejagung) dipicu oleh praktik goreng-mengoreng saham.
Praktik menggoreng saham atau dalam pasar modal biasa digunakan dengan istilah cornering atau pembentukan harga semu, selama ini sudah lazim terdengar tapi tak satupun bisa dibuktikan. Praktik goreng saham ini biasanya dilakukan dengan menjaga harga satu saham pada harga tertentu.
Biasanya pergerakan harga saham yang digoreng tidak wajar, ekuitas perusahaan jumlahnya kecil, dan biasanya frekuensi dan total transaksi lumayan besar untuk menarik para investor.
Tahun 2018 dan 2019 aktivitas transaksi saham gorengan semarak. Banyak saham masuk daftar Unusual Market Activity (UMA) yang tercatat Bursa Efek Indonesia (BEI), yang berhasil bersanding dengan saham-saham berkapitalisasi pasar besar di jajaran saham dengan jumlah total transaksi tebesar di BEI.
![]() Data BEI |
![]() Data BEI |
Terlihat pada tahun 2018 saham-saham dengan ekuitas mini seperti PT Pool Advista Indonesia Tbk (Tbk) dan PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) berhasil bersanding dengan saham-saham besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di grup elite saham-saham yang paling besar ditransaksikan di BEI.
Tercatat pada tahun 2018, di antara 30 saham dengan jumlah transaksi paling jumbo di BEI terdapat 8 saham dengan ekuitas di bawah Rp 8 triliun.
Di antaranya adalah POOL, TRAM, RIMO, MYRX, IIKP, BUMI, KREN, dan TARA.
Kondisi belum membaik di tahun berikutnya. Tercatat di tahun 2019 di antara 30 saham dengan jumlah transaksi paling jumbo di BEI masih terdapat 8 saham dengan ekuitas di bawah Rp 8 triliun.
Pada tahun ini terpantau saham-saham baru berhasil masuk ke klasemen saham-saham bertransaksi paling jumbo dengan nama yang tidak asing bagi para pelaku pasar seperti PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME) dan tentunya PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) yang harga sahamnya melesat 2.355% sejak initial public offering (IPO) dan setelah sahamnya anjlok, menyebabkan Asabri rugi triliunan.
Masuk tahun 2020, kondisi berbalik 180 derajat. Tercatat di kuartal pertama tahun 2020 di antara 30 saham dengan jumlah transaksi paling jumbo di BEI hanya terdapat 3 saham dengan ekuitas di bawah Rp 8 triliun yaitu NATO, HRME, dan ASMI.
Mengapa saham-saham gorengan mulai berkurang pada 2020? Berikut alternatif penjelasanya.
Masih segar di ingatan para pelaku pasar, pada pembuakaan perdagangan pertama BEI 2 Januari silam Jokowi berpidato mengenai keberadaan saham gorengan di bursa lokal.
"Jangan sampai ada saham harga Rp 100 per saham digoreng terus menjadi Rp1.000, terus naik lagi sampai Rp4.000. Ini menyangkut kepercayaan, saham gorengan tidak boleh ada lagi," tegasnya.
Jokowi mengatakan, praktik goreng-gorengan saham sudah menimbulkan korban dan merugikan investor. Jokowi meminta kepada regulator pasar modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk membersihkan praktik tersebut.
Sang RI 1 sampai berpesan agar otoritas bursa, yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan penyelenggaran bursa (BEI) membersihkan bursa dari praktik menggoreng saham dan tidak boleh takut dengan para manipulator harga saham tersebut.
"Jangan kalah dengan yang jahat-jahat, udah hati-hati, harus bersih, berintegritas, berani," tambah Jokowi.
Pernyataan Jokowi tersebut tak cuma gertak sambal. Setelah pernyataan keras Jokowi tersebut selang 2 minggu setelah pidato tersebut. Kasus Jiwasraya mencuat ke permukaan, awalnya ada lima orang yang ditetapkan sebagai tersangka.
Salah satu yang disukai para pelaku pasar dari saham gorengan dari harga sahamnya yang sering bergerak liar, dari pergerakan liar harga saham gorengan para trader bisa dengan cepat membeli dan menjualnya kembali, mengambil keuntungan (atau terpaksa rugi) dalam waktu singkat.
Sedangkan untuk saham-saham yang lebih aman yang berkapitalisasi pasar jumbo seperti bluechip, harganya cenderung stabil, tidak bergerak banyak secara harian., akan tetapi semuanya berubah secak pandemi corona menyerang.
Inilah yang menyebabkan di masa-masa ketidakpastian ekonomi, saham-saham gorengan tidak diminati oleh para pelaku pasar sehingga transaksinya turun karena para pelaku pasar beranggapan trading di saham bluechip lebih aman.
Toh kalau nyangkut trader bisa berubah haluan menjadi investor karena memang harga saham-saham bluechip masih murah dan ada potensi kembali ke harga sebelum pandemi. Bandingkan jika nyangkut di saham gorengan dan dibiarkan, sial-sial harganya malah turun ke level terendahnya alias gocap.
ARB Dibatasi
Pada Maret silam untuk meredam gejolak di pasar modal, BEI menerapkan peraturan baru, peraturan ini berupa pembatasan level penurunan harga saham harian atau biasa lebih dikenal dengan ARB (Auto Reject Bawah).
Dalam sehari, harga suatu saham dibatasi hanya bisa turun sebanyak 10% saja. Selang sehari kemudian setelah rilis peraturan ini, BEI merivisi peraturan tersebut dan kembali menurunkan level ARB menjadi 7% dan ini bertahan hingga hari ini.
Hal ini terjadi karena ketakutan para pemangku kebijakan akibat anjloknya bursa-bursa di kawasan emerging market sampai dengan 10% dalam sehari.
Hal ini ternyata juga berdampak kepada saham gorengan. Aturan ini membuat harga saham yang sedang di goreng tidak bisa drop lebih dari 7%.
Jika menggunakan aturan lama, dalam tiga hari harga saham gorengan bisa terkoreksi sampai dengan 72%, bandingkan dengan sekarang untuk mencapai penurunan yang sama diperlukan 20 hari perdagangan atau 4 minggu.
Tentunya apabila harga suatu saham terus-terusan ARB selama 1 bulan berturut-turut seperti ini maka para pelaku pasar akan menjadi malas untuk bertransaksi di saham ini, sehingga tentunya akan membuat saham ini menjadi tidak atraktif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dahlan Iskan Ikut Soroti Adani, Ini Analisanya