
Warga Bisa Kembali #dirumahaja, Rupiah Terlemah di Asia!

Rupiah galau karena dijepit oleh sentimen positif dan negatif. Sentimen positif datang dari perkembangan obat virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Akhir pekan lalu, dikabarkan bahwa Gilead Science Inc telah melakukan uji coba tahap akhir untuk obat virus corona yang bernama remdesivir. Hasilnya menggembirakan, remdesivir berhasil menekan risiko kematian akibat virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Kondisi pasien yang sudah parah pun berangsur membaik.
Kabar ini membuat investor kembali berani untuk masuk ke instrumen berisiko. Aset aman (safe haven) seperti dolar AS jadi kurang diminati, sehingga membuka peluang penguatan mata uang lain.
"Kalau kita bicara dolar AS, ada korelasi antara risiko dan dinamika yang sedang terjadi. Berita soal obat atau vaksin akan menurunkan risiko di pasar," kata John Doyle, Vice President Tempus Inc yang berbasis di Washington, seperti dikutip dari Reuters.
Namun ada sentimen negatif yang juga terkait pandemi virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 12 Juli 2020 mencapai 12.552765 orang. Bertambah 230.370 orang (1,87%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Tambahan 230.370 orang pasien baru dalam sehari merupakan rekor tertinggi sejak WHO melaporkan kasus corona perdana pada 20 Januari. Sudah empat hari beruntun kasus corona bertambah di atas 200.000 dalam sehari.
Situasi di Indonesia pun tidak kalah mengkhawatirkan. Per 12 Juli, jumlah pasien positif corona di Tanah Air adalah 75.699 orang. Bertambah 1.681 orang (2,27%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Di DKI Jakarta, jumlah pasien positif corona per 12 Juli adalah 14.517 orang. Bertambah 404 orang (2,86%) dibandingkan hari sebelumnya.
Tambahan 404 orang pasien baru di Ibu Kota adalah rekor tertinggi, sementara laju 2,86% menjadi yang tercepat sejak 13 Mei.
"Kalau kondisi ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini (pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB). Saya ingatkan kepada semua, jangan sampai situasi ini jalan terus, sehingga kita harus menarik rem darurat atau emergency brake. Bila itu terjadi, kita semua harus kembali dalam rumah, kegiatan perekonomian terhenti, kegiatan keagamaan terhenti, kegiatan sosial terhenti. Kita semua akan merasakan kerepotannya," jelas Anies Rasyid Baswedan, Gubernur Jakarta, kemarin.
Oleh karena itu, sejatinya Indonesia belum bisa tenang, ancaman pandemi virus corona masih sangat besar. Kalau sampai masyarakat harus kembali #dirumahaja, maka sebaiknya mulai bersiap menghadap resesi ekonomi yang lumayan panjang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
