Analisis Teknikal

Obat Corona Terbukti Ampuh, Rupiah Siap Terbang Hari Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 July 2020 08:49
ilustrasi uang
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat pada pekan lalu melawan dolar Amerika Serikat (AS), dan ada peluang bisa berlanjut pada perdagangan hari ini, Senin (13/7/2020). Update obat virus corona yang dibuat perusahaan biotek asal AS, Gilead Sciences Inc. berpeluang membawa rupiah kembali ke zona hijau.

Gilead pada hari Jumat lalu mengumumkan data terbaru hasil obat virus corona, redemsivir, mampu menurunkan risiko kembatian pasien Covid-19 hingga 62% jika dibandingkan dengan pengobatan standar.

Gilead mengatakan menganalisa data dari 312 pasien dalam uji klinis fase tiga, dibandingkan dengan 818 pasien dengan karakteristik dan tingkat keparahan penyakit yang sama, tetapi menggunakan pengobatan standar.

Meski demikian, Gilead mengatakan masih perlu lebih banyak penelitian untuk obat redemsivir yang dibuat.

Sebelum pengumuman dari Gilead tersebut, pada pekan lalu rupiah mampu menguat 0,62% ke Rp14.360/US$ sekaligus membukukan penguatan mingguan pertama dalam 5 pekan terakhir. Rupiah juga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik ke-dua di Asia pekan lalu, hanya kalah dari yuan China yang menguat nyaris 1%.

Sentimen positif dari dalam negeri datang sejak Senin (6/7/2020) sore setelah perdagangan dalam negeri ditutup. Saat itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengadakan konferensi per bersama. Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani menjelaskan untuk skema public goods yang sebesar Rp 397,6 triliun ini nantinya pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) yang dijual langsung ke BI melalui skema private placement dengan bunga bunga 0% atau ditanggung 100% oleh BI.


Sebelumnya muncul kecemasan kebijakan yang disebut "burden sharing" tersebut akan memicu kenaikan inflasi di Indonesia, sehingga real return investasi menjadi menurun."Beban bunga bagi pemerintah untuk SBN khusus yang diterbitkan dengan private placement, untuk pemerintah 0%, untuk BI sebesar reverse repo ratenya atau ditanggung 100%," kata dia.

Ahli strategi mata uang di DailyFX, Margaret Yang, sebagaimana dikutip Reuters mengatakan saat bank sentral di negara berkembang membeli obligasi pemerintahnya dengan mata uang sendiri, maka akan menciptakan inflasi.

"Bank Sentral AS (The Fed) melakukan hal yang sama, tetapi situasinya berbeda karena dolar AS adalah mata uang dunia, jadi uang tidak hanya beredar di Amerika Serikat, tetapi juga ke seluruh dunia," katanya.

Tetapi, Gubernur Perry saat itu mengatakan dampak inflasi yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut tidak besar.

Perry juga menambahkan dengan kebijakan ini, pihaknya akan tetap menjaga dari kesehatan sisi moneter seperti inflasi dan nilai tukar rupiah. Selain itu, SBN yang dibeli dari pemerintah bisa dijual kembali untuk BI bisa menjalankan operasi moneternya.

Alhasil, rupiah langsung melesat di hari Selasa dan seterusnya hingga membukukan penguatan 4 hari beruntun, sebelum terkoreksi di hari Jumat.

Secara teknikal, penguatan rupiah disimbolkan USD/IDR di pekan lalu terjadi setelah di hari Senin membentuk pola Shooting Star lagi. Pola ini sering muncul pada bulan April lalu ketika rupiah akhirnya mampu menguat tajam.

Jika dilihat pada grafik harian hari Senin lalu, badan (candle stick) kecil di bagian bawah, sementara ekornya panjang ke atas. Pola tersebut disebut shooting star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Hal ini diperkuat dengan indikator stochastic yang sebelumnya berada di wilayah jenuh beli (overbought).

idrGrafik: USD/IDR
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought. Kini Stochastic sudah mulai keluar dari wilayah overbought.

Rupiah masih berada di atas support (tahanan bawah) Rp 14.300/US$ yang menjadi target penguatan rupiah. Jika support berhasil ditembus, maka target penguatan rupiah selanjutnya di Rp 14.230/US$.

Namun, selama tertahan di atas support, rupiah berisiko melemah menguji resisten Rp 14.415/US$. Tekanan bagi rupiah akan semakin besar jika resisten tersebut di lewati, pelemahan bisa menuju ke Rp 14.510/US$

Untuk jangka lebih panjang, rupiah sebenarnya masih berpeluang menguat ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%)

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular