Hati-hati, Rupiah! Kasus Corona Global dan DKI Tembus Rekor

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 July 2020 09:15
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Ada kabar baik yang beredar di pasar yaitu seputar obat untuk virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Pada Senin (13/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.360 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu alias stagnan.

Namun rupiah kemudian berhasil menyeberang ke jalur hijau. Pada pukul 09:12 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.355 di mana rupiah menguat tipis 0,03%.

Sepekan kemarin, rupiah menguat 0,62% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Rupiah jadi mata uang terkuat kedua di Asia, hanya kalah dari yuan China.

Awal pekan ini, sepertinya tren penguatan rupiah masih bisa berlanjut. Pasalnya, sentimen positif sedang berembus di pasar keuangan dunia.

Akhir pekan lalu, dikabarkan bahwa Gilead Science Inc telah melakukan uji coba tahap akhir untuk obat virus corona yang bernama remdesivir. Hasilnya menggembirakan, remdesivir berhasil menekan risiko kematian akibat virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Kondisi pasien yang sudah parah pun berangsur membaik.

Kabar ini membuat investor kembali berani untuk masuk ke instrumen berisiko. Aset aman (safe haven) seperti dolar AS jadi kurang diminati, sehingga membuka peluang penguatan mata uang lain, termasuk rupiah.

"Kalau kita bicara dolar AS, ada korelasi antara risiko dan dinamika yang sedang terjadi. Berita soal obat atau vaksin akan menurunkan risiko di pasar," kata John Doyle, Vice President Tempus Inc yang berbasis di Washington, seperti dikutip dari Reuters.

Ya, perkembangan pandemi virus corona memang masih menjadi perhatian pelaku pasar (dan dunia). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 12 Juli 2020 mencapai 12.552765 orang. Bertambah 230.370 orang (1,87%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Tambahan 230.370 orang pasien baru dalam sehari merupakan rekor tertinggi sejak WHO melaporkan kasus corona perdana pada 20 Januari. Sudah empat hari beruntun kasus corona bertambah di atas 200.000 dalam sehari.

Situasi di Indonesia pun tidak kalah mengkhawatirkan. Per 12 Juli, jumlah pasien positif corona di Tanah Air adalah 75.699 orang. Bertambah 1.681 orang (2,27%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Di DKI Jakarta, jumlah pasien positif corona per 12 Juli adalah 14.517 orang. Bertambah 404 orang (2,86%) dibandingkan hari sebelumnya.

Tambahan 404 orang pasien baru di Ibu Kota adalah rekor tertinggi, sementara laju 2,86% menjadi yang tercepat sejak 13 Mei.

"Kalau kondisi ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini (pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB). Saya ingatkan kepada semua, jangan sampai situasi ini jalan terus, sehingga kita harus menarik rem darurat atau emergency brake. Bila itu terjadi, kita semua harus kembali dalam rumah, kegiatan perekonomian terhenti, kegiatan keagamaan terhenti, kegiatan sosial terhenti. Kita semua akan merasakan kerepotannya," jelas Anies Rasyid Baswedan, Gubernur Jakarta, kemarin.

Oleh karena itu, sejatinya Indonesia belum bisa tenang, ancaman pandemi virus corona masih sangat besar. Kalau sampai masyarakat harus kembali #dirumahaja, maka sebaiknya mulai bersiap menghadap resesi ekonomi yang lumayan panjang. Rasanya ini yang membuat penguatan rupiah tertahan, hanya bisa tipis-tipis saja.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular