Rupiah Terkuat Kedua di Asia, Tapi Keok di Eropa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 July 2020 17:55
Mata Uang Euro.
Ilustrasi Euro (REUTERS/Lee Jae-Won)

Data ekonomi Eropa yang impresif membuat mata uang di sana mendapat apresiasi dari pelaku pasar. Misalnya di Prancis, produksi industri pada Mei 2020 melonjak 19,6% dibandingkan bulan sebelumnya. Lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan terjadi kenaikan 15,1% dan hampir menghapus penurunan pada April 2020 yang -20,6%.

Selain itu, Uni Eropa juga hampir menyepakati paket stimulus untuk meredam dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Dewan Uni Eropa mengusulkan anggaran senilai EUR 1,07 triliun plus dana pemulihan ekonomi senilai EUR 750 miliar. Dua pertiga dari anggaran pemulihan ekonomi akan berupa hibah kepada negara-negara yang membutuhkan, dan sisanya adalah pinjaman lunak.

"Perlahan-lahan kita mulai melalui krisis kesehatan. Sekarang penekanannya akan lebih ke arah mitigasi aspek sosial-ekonomi," kata Charles Michel, Presiden Dewan Uni Eropa, seperti dikutip dari Reuters.

Rencana stimulus tersebut akan dibahas pekan ini kala para pemimpin 27 negara Eropa berkumpul di Brussels (Belgia). Ini akan menjadi pertemuan tatap muka pertama sejak karantina wilayah (lockdown) diberlakukan pada Maret lalu.

Hawa stimulus yang diharapkan mampu membawa perekonomian Eropa keluar dari resesi membuat investor berbondong-bondong datang. Arus modal mengalir deras ke pasar keuangan Eropa, sehingga mata uangnya menguat. Rupiah jadi tidak punya ruang untuk unjuk gigi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular