Merana Karena Corona, Rupiah Terlemah di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 July 2020 10:08
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga merah di perdagangan pasar spot.

Pada Jumat (10/7/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.501. Rupiah melemah 0,38% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sedangkan di pasar spot, US$ 1 dihargai Rp 14.400 pada pukul 10:00 WIB. Rupiah melemah 0,52%.

Kala pembukaan pasar spot, rupiah masih bisa stagnan di Rp 14.325/US$. Namun tidak lama kemudian rupiah masuk jalur merah dan bertahan di sana sampai sekarang.

Harap maklum, karena tidak hanya rupiah yang lesu di hadapan dolar AS. Hampir semua mata uang utama Asia mengalami nasib serupa, kecuali yen Jepang. Penguatan yen menjadi pertanda bahwa pelaku pasar sedang mencari aman, tidak mau 'bermain api' dengan aset-aset berisiko.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:05 WIB:

Apa mau dikata, dolar AS memang sedang perkasa. Tidak hanya di Asia, tetapi di seluruh dunia.

Pada pukul 09:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,14%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini sudah menguat hampir 1%.

Pelaku pasar (dan dunia) mencemaskan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kembali mengganas. Di AS, negara dengan jumlah pasien positif corona terbanyak di dunia, kenaikan kasus mencatat rekor terbaru.

US Centers for Disease Control and Prevention melaporkan, jumlah pasien positif corona per 9 Juli 2020 adalah 3.047.671 orang. Bertambah 64.771 orang (2,17%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Kenaikan jumlah pasien 64.771 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak AS melaporkan kasus perdana pada 21 Januari. Sedangkan laju 2,17% adalah yang tercepat sejak 17 Mei.

Lonjakan kasus corona di Negeri Adidaya membuat masyarakat di sana takut untuk beraktivitas di luar rumah. Contohnya Stephanie Porta, seorang warga Orlando berusia 41 tahun. Porta cemas karena banyak warga AS yang enggan memakai masker saat bepergian.

"Mereka mencoba membuat situasi biasa-biasa saja, padahal tidak demikian. Orang-orang jatuh sakit, bahkan banyak yang meninggal. Ini gila," tegas Porta, sebagaimana diberitakan Reuters.

Tidak sedikit orang seperti Porta, enggan untuk keluar rumah karena khawatir terpapar virus corona. Ini menandakan bahwa roda perekonomian AS belum melaju kencang, masih ada hambatan di sana-sini.

Akibatnya, prospek pemulihan ekonomi menjadi buram. Awalnya sempat ada keyakinan ekonomi bakal pulih dengan cepat membentuk pola huruf V (V-Shaped Recovery). Namun dengan lonjakan kasus yang terjadi akhir-akhir ini, keyakinan itu memudar.

"Covid-19 masih ada di sekitar kita. Oleh karena itu, pemulihan ekonomi dengan pola V-Shaped sepertinya menjadi agak sulit," ujar Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel yang berbasis di Virginia (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Perkembangan ini membuat investor ragu untuk masuk ke aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang seperti Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 25,52 miliar pada pukul 09:32 WIB. Rupiah jadi kekurangan 'darah' sehingga bergerak melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular