Analisis Teknikal

Covid-19 Bisa Melayang di Udara, Bikin Rupiah dalam Bahaya

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 July 2020 08:45
Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mencatat penguatan 4 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Kamis kemarin. Sentimen pelaku pasar yang cukup bagus membuat rupiah menguat 0,17% ke Rp 14.325/US$.

Pada hari ini, Jumat (10/7/2020) rupiah berpeluang mencatat pekan yang sempurna jika mampu kembali menguat. Tetapi hal tersebut tidak akan mudah, karena sentimen pelaku pasar sedang memburuk. Sebabnya, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan virus corona bisa menyebar lewati udara, artinya risiko peningkatan infeksi semakin besar.

WHO awalnya menekankan bahwa Covid-19 ditularkan lewat air liur, sekresi dan tetesan dari penderita melalui batuk, bersin atau bicara atau permukaan yang terkontaminasi. Sehingga jaga jarak dan cuci tangan lebih ditekankan.

Selasa lalu, WHO mengakui ada bukti penularan lewat udara, dalam ruang dengan ventilasi yang buruk. Namun menegaskan perlu ada riset lebih lanjut.

Dalam panduan transmisi terbarunya, WHO setuju bahwa beberapa laporan yang berkaitan dengan kondisi ramai di dalam ruangan memungkinkan adanya transmisi. Misalnya dalam ruangan di mana latihan paduan suara dilakukan, di restoran atau di kelas kebugaran.

Sementara itu dari dalam negeri, kasus penyakit virus corona (Covid-19) kembali mencatat rekor.

Juru Bicara Pemerintah khusus Covid-19, Achmad Yurianto, kemarin mengungkapkan bahwa ada penambahan 2.657 kasus baru sehingga total positif Covid-19 mencapai 70.736 orang. Ini merupakan rekor baru dalam penambahan kasus terbanyak dalam satu hari.

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia masih dalam tren menanjak yang membuat pelaku pasar mulai berhati-hati, karena dapat menganggu pemulihan ekonomi. Apalagi jika sampai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali diterapkan, tentunya perekonomian Indonesia akan kembali terpukul, "hantu" resesi pun makin bergentayangan.

Dengan kondisi tersebut, rupiah pun berisiko melemah dan mengakhiri rentetan penguatan sepanjang pekan ini.

Secara teknikal, penguatan rupiah disimbolkan USD/IDR di pekan ini terjadi setelah di hari Senin lalu membentuk pola Shooting Star lagi. Pola ini sering muncul pada bulan April lalu ketika rupiah akhirnya mampu menguat tajam.

Jika dilihat pada grafik candle stick harian hari Senin lalu, badan kecil di bagian bawah, sementara ekornya panjang ke atas. Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Hal ini diperkuat dengan indikator stochastic yang sebelumnya berada di wilayah jenuh beli (overbought).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought. Kini Stochastic sudah mulai keluar dari wilayah overbought.

Rupiah masih berada di atas support (tahanan bawah) Rp 14.300/US$. Selama tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah menguji resisten Rp 14.415/US$. Tekanan bagi rupiah akan semakin besar jika resisten tersebut di lewati, pelemahan bisa menuju ke Rp 14.510/US$. 

Sementara jika support berhasil ditembus, maka target penguatan rupiah selanjutnya di Rp 14.230/US$.

Untuk jangka lebih panjang, rupiah sebenarnya masih berpeluang menguat ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%). 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular