
Mau Rupiah Menguat Terus? Pakai Masker!

Pelaku pasar semringah karena muncul lagi harapan bahwa ekonomi dunia bisa pulih dengan cepat setelah dihantam keras oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sejumlah data terbaru di Asia memberi konfirmasi akan harapan tersebut.
Di China, laju inflasi pada Juni 2020 tercatat 2,7% year-on-year (YoY). Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,4% dan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 2,5%.
Percepatan laju inflasi menunjukkan permintaan di Negeri Tirai Bambu terus meningkat. Dengan statusnya sebagai perekonomian terbesar di Asia dan nomor dua dunia, peningkatan permintaan China akan mendongrak ekspor negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Sementara di Jepang, pemesanan mesin (di luar kapal dan pembangkit listrik) meningkat 1,7% pada Juni 2020 dibandingkan bulan sebelumnya. Jauh membaik ketimbang pencapaian Mei 2020 yang anjlok 12%, juga konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan penurunan 5,4%.
Aura pemulihan ekonomi seperti ini membuat semakin banyak pihak yang meyakini bahwa fase terberat sudah berlalu. Kini saatnya ekonomi bangkit, meski bertahap.
James Bullard, Presiden Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang St Louis, menilai penggunaan masker yang semakin masif akan mampu meredam penyebaran virus corona. Dengan begitu, tambahan pasien baru bisa terkendali sehingga aktivitas ekonomi bisa lebih dibuka lagi.
"Saya rasa kita sudah berada di jalur yang benar. Pada akhir tahun, tingkat pengangguran akan turun ke level satu digit, mungkin di bawah 8% atau sekitar 7% pada akhir tahun ini," tegas Bullard dalam acara Closing Bell yang disiarkan CNBC International.
Gara-gara pembatasan sosial (social distancing), tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam mencapai titik tertinggi sejak Perang Dunia II pada April 2020 yaitu 14,7%. Namun selepas itu terjadi penurunan, dan pada Juni 2020 berada di 11,1%.
Optimisme tersebut membuat pelaku pasar kembali bergairah. Hasilnya, arus modal mengalir ke aset-aset berisiko di negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Hasilnya, rupiah mampu bertahan di zona hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
