Investor Mulai Berani 'Main Api', Rupiah Menguat Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 July 2020 09:15
Ilustrasi Mata Uang
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Prospek pemulihan ekonomi usai hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menjadi bahan bakar laju penguatan mata uang Tanah Air.

Pada Kamis (9/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.350 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.

Namun sejurus kemudian rupiah langsung bisa menguat. Pada pukul 09:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.345 di mana rupiah menguat tipis 0,03%.

Kemarin, rupiah ditutup menguat 0,35% dan menjadi mata uang terbaik di Asia. Rupiah sudah menguat selama tiga hari perdagangan beruntun.

Pekan ini rupiah sedang dalam misi balas dendam. Maklum, sepanjang pekan kemarin rupiah anjlok sampai 2,2%. Dalam sebulan terakhir, pelemahan rupiah lebih parah lagi yaitu 3,62%.

Depresiasi yang sudah begitu dalam membuat rupiah punya ruang untuk mencetak technical rebound. Rupiah yang sudah kelewat 'murah' akan kembali menarik di mata investor.

Selain itu, faktor eksternal juga sedang kondusif. Dini hari tadi, bursa saham New York finis di jalur hijau di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,68%, S&P 500 naik 0,78%, dan Nasdaq Composite melesat 1,14%. Ditutup di 10.492,5, Nasdaq menyentuh titik terkuat sepanjang sejarah.

Penyebaran virus corona menunjukkan tanda perlambatan, meski masih sangat awal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 8 Juli adalah 11.669.259 orang. Bertambah 168.957 orang (1,47%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Memang masih ada penambahan, penularan masih terus terjadi. Akan tetapi lajunya agak melambat.

Penambahan kasus secara nominal maupun persentase pada 8 Juli lebih rendah dibandingkan 7 Juni yang sebanyak 172.512 orang atau 1,52%. Penambahan 8 Juni pun lebih sedikit ketimbang posisi 7 Juli, di mana kala itu terjadi penambahan pasien baru sebanyak 202.545 orang (1,82%).

"Investor tidak atau belum melihat adanya spike (lonjakan) kasus corona. Oleh karena itu, sekarang investor mulai berani bermain api," ujar Peter Cardillo, Chief Market Economist di Spartan Securitites yang berbasis di New York, sebagaimana diwartakan Reuters.

Kala investor mulai berani main-main dengan api, alias aset berisiko, maka mata uang Asia akan ikut terangkat karena derasnya arus modal asing ke pasar keuangan Benua Kuning. Indonesia pun merasakannya sehingga rupiah mantap menapaki jalur hijau.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular