Jiwasraya Disebut Tak Sehat Sejak 2008, Tawarkan Bunga Tinggi

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
08 July 2020 15:38
Sidang lanjutan kasus megaskandal dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2020). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Sidang Jiwasraya (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Kepala Divisi Investasi PT Asuransi Jiwasraya (AJS), Donny S Karyadi menyatakan, perseroan sudah mengalami insolvensi atau dinyatakan tidak sehat dalam memenuhi kewajiban sejak tahun 2008.

Hal ini disampaikan Donny saat memberikan kesaksian di sidang lanjutan dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur, Rabu (8/7/2020).

"Kondisi Asuransi Jiwasraya di tahun 2008 tidak sehat dari cadangan premi yang minus. Seandainya pada saat itu Jiwasraya ditutup, maka pada saat itu, perusahaan tidak mampu membayar kewajiban kepada seluruh pemegang polis," kata Donny, Rabu (8/7/2020).

Musababnya, kata Donny, Jiwasraya menawarkan suku bunga aktuaria yang terlalu tinggi yang menyebabkan cadangannya harus tinggi. Tapi, ini tidak diimbangi dengan nilai investasi yang kecil.

"Kalau nilai investasinya kecil, artinya investasinya pun tidak akan optimal, tidak mampu membayar. Bunga premi terlalu tinggi, seluruh kewajiban dengan total investasinya tidak seimbang," tuturnya lagi.

Atas kondisi tersebutlah, Donny mengatakan, kondisi Jiwasraya bisa dikatakan tidak sehat atau insolvent.

"Ya, tidak sehat," tutur Donny yang sudah 23 tahun bekerja di perusahaan asuransi tertua di Indonesia itu.

Sebagai catatan, kasus Jiwasraya memang sudah tercium sejak 2006 lalu kala ekuitas perseroan tercatat minus Rp 3,29 triliun. Setelah itu, 2 tahun setelahnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer atau tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan 2006-2007. Alhasil, defisit Jiwasraya kian melebar menjadi Rp 5,7 triliun di 2008.

Nah, sejak tahun 2006, perseroan juga melakukan penjualan produk Saving Plan dengan menawarkan imbal hasil yang tinggi yang menempatkan investasi di saham-saham yang tidak likuid.

Singkat cerita, pada periode Oktober-November 2018 Jiwasraya mengumumkan gagal bayar atas produk Saving Plan sebesar Rp 802 miliar dan mengalami tekanan likuiditas.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengakuan Mengejutkan Bentjok Soal Jiwasraya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular