
Ringgit Melemah, Minyak Nabati Lain Naik, Harga CPO Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika harga minyak turun akibat peningkatan kasus infeksi virus corona global, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) justru menguat jelang siang hari ini, Rabu (8/7/2020).
Pada 10.50 WIB harga CPO kontrak pengiriman September 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 1,1% ke RM 2.385/ton. Kemarin harga CPO ditutup melemah akibat penguatan ringgit dan potensi kenaikan output (produksi) di bulan Juni.
Impor minyak sawit Uni Eropa pada periode 2019/20 yang berakhir pada 20 Juni turun 12% dari periode sebelumnya menjadi 5,71 juta ton. Sementara itu import kedelai justru naik 1%.
Beralih ke India, impor minyak sawit diperkirakan akan mengalami penurunan akibat penerapan lockdown. Di India minyak sawit banyak digunakan untuk konsumsi. Namun bukan untuk konsumsi rumah tangga, melainkan untuk restoran dan perhotelan.
Ketika lockdown, sudah dapat dipastikan bahwa restoran dan hotel tutup. Permintaan terhadap minyak nabati jenis ini mengalami penurunan. Kendati demikian, ekspor bulan Juni diperkirakan naik signifikan hingga 21% dibanding bulan sebelumnya seiring dengan kebijakan relaksasi lockdown.
Kenaikan harga minyak nabati jenis lain disertai dengan pelemahan ringgit terhadap dolar menjadi sentimen yang memicu kenaikan harga CPO kali ini. Harga kontrak untuk minyak sawit Dalian meningkat 0,52% dan kontrak minyak kedelai naik 0,17%.
Ringgit Negeri Jiran melemah 0,07% di hadapan dolar greenback. Ringgit menjadi mata uang di mana kontrak CPO ditransaksikan. Ketika ringgit melemah, harga CPO menjadi lebih murah terutama untuk pemegang mata uang lain yakni dolar AS, sehingga dapat mendongkrak permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ambyar! Harga CPO Anjok Hampir 6%, Saham Agrikultur Ambrol 8%