Kuat di Awal, Tertatih di Tengah, IHSG Berakhir di Zona Merah

Tri Putra, CNBC Indonesia
07 July 2020 15:47
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (7/7/20) di tutup di zona merah dengan depresiasi sebesar 0,04% di level 4.987,08. IHSG kembali gagal ditutup melewati level psikologisnya di angka 5.000 setelah mengalami kenaikan 5 hari berturut-turut.

Data perdagangan mencatat, investor asingmelakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 89 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7,9 triliun. Terpantau 138 saham harganya naik, 286 turun, dan 149 stagnan.

Saham yang paling banyak dilepas asing hari ini adalah PT Bank Negara IndonesiaTbk (BBNI) dengan jual bersih sebesar Rp 33 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 60 miliar.

Sedangkan saham yang paling banyak di koleksi asing adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan beli bersih sebesar Rp 147 miiliar dan PT Bank Central Asia (BBCA) yang mencatatkan net buy sebesar 116 miliar.

Sejalan dengan IHSG, bursa di kawasan Asia terpantau merah, Hang Seng Index di Hong Kong turun 1,38%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 0,44%, sedangkan STI Singapore juga naik 1,44%.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) merilis Cadangan Devisa (cadev) pada bulan Juni yang berhasil meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Penerbitan surat utang pemerintah dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) membantu mendongkrak cadangan devisa.

Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2020 sebesar US$ 131,7 miliar. Meningkat dibandingkan dengan posisi akhir Mei 2020 sebesar 130,5 miliar dolar AS.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI, Selasa (7/7/2020).

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi," sebut keterangan tertulis BI.

Beralih ke bursa saham Amerika Serikat (AS) yakni Wall Street, pada penutupan perdagangan Senin kemarin atau Selasa dini hari tadi waktu Indonesia terapresiasi menyusul laporan data dalam aktivitas sektor jasa AS di bulan Juni.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 456,67 poin atau 1,8% menjadi 26.287,03, Nasdaq melambung 226,02 poin atau 2,2% menjadi 10.433,65 dan S&P 500 menguat 49,71 poin atau 1,6% menjadi 3.179,72.

Dalam tanda terbaru dari pemulihan ekonomi yang cepat, Institute for Supply Management (ISM) merilis sebuah laporan yang menunjukkan perubahan besar dalam aktivitas sektor layanan AS di bulan Juni.

ISM mengatakan indeks non-manufaktur melonjak menjadi 57,1 pada Juni dari 45,4 pada Mei, dengan angka di atas 50 menandakan peningkatan aktivitas sektor jasa. Ekonom memperkirakan indeks naik ke 50,1.

Peningkatan tajam oleh indeks non-manufaktur mencerminkan peningkatan persentase poin satu bulan terbesar sejak debutnya pada tahun 1997.

"Indeks komposit non-manufaktur menunjukkan pertumbuhan setelah dua bulan kontraksi berturut-turut," kata Anthony Nieves, Ketua Komite Survei Bisnis Non-Manufaktur ISM, dikutip dari RTTNews.

Nieves menambahkan, "Responden tetap khawatir tentang virus corona dan kerusuhan sipil namun, mereka sedikit lebih optimis tentang kondisi bisnis dan ekonomi ketika bisnis mulai dibuka kembali."

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular