Yes! IHSG Tembus 5.000, Saham BCA & Mandiri Diborong

Tri Putra, CNBC Indonesia
07 July 2020 09:19
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan Selasa (7/7/20) langsung dibuka naik 0,36% ke level 5.007,00.

Selang 5 menit IHSG masih terpantau berada di zona hijau dengan apresiasi sebesar 0,26% di level 5.001,73 berhasil menembus level psikologisnya di angka 5.000.

Data perdagangan mencatat, investor asing kembali melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 6 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 500 miliar.

Saham yang paling banyak dilepas asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 14 miliar dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 3 miliar.

Adapun saham yang paling banyak diborong yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 8 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 5,5 miliar.

Sementara itu bursa di kawasan Asia terpantau bervariatif, Hang Seng Index di Hong Kong naik  0,10%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 0,59%, sedangkan STI Singapore masih stagnan dengan penurunan hanya 0,01 indeks poin.

Beralih ke bursa saham Amerika Serikat (AS) yakni Wall Street, pada penutupan perdagangan Senin kemarin atau Selasa dini hari tadi waktu Indonesia terapresiasi menyusul laporan data dalam aktivitas sektor jasa AS di bulan Juni.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 456,67 poin atau 1,8% menjadi 26.287,03, Nasdaq melambung 226,02 poin atau 2,2% menjadi 10.433,65 dan S&P 500 menguat 49,71 poin atau 1,6% menjadi 3.179,72.

Dalam tanda terbaru dari pemulihan ekonomi yang cepat, Institute for Supply Management (ISM) merilis sebuah laporan yang menunjukkan perubahan besar dalam aktivitas sektor layanan AS di bulan Juni.

ISM mengatakan indeks non-manufaktur melonjak menjadi 57,1 pada Juni dari 45,4 pada Mei, dengan angka di atas 50 menandakan peningkatan aktivitas sektor jasa. Ekonom memperkirakan indeks naik ke 50,1.

Peningkatan tajam oleh indeks non-manufaktur mencerminkan peningkatan persentase poin satu bulan terbesar sejak debutnya pada tahun 1997.

"Indeks komposit non-manufaktur menunjukkan pertumbuhan setelah dua bulan kontraksi berturut-turut," kata Anthony Nieves, Ketua Komite Survei Bisnis Non-Manufaktur ISM, dikutip dari RTTNews.

Nieves menambahkan, "Responden tetap khawatir tentang virus corona dan kerusuhan sipil namun, mereka sedikit lebih optimis tentang kondisi bisnis dan ekonomi ketika bisnis mulai dibuka kembali."

Sementara itu dari dalam negeri pelaku pasar akan menanti rilis cadangan devisa (cadev) per Juni oleh Bank Indonesia (BI), yang kebetulan berbarengan dengan rilis data yang sama di China dan Rusia. Tradingeconomics memperkirakan cadev Indonesia bakal naik ke US$ 131,7 miliar, membaik dari posisi bulan Mei (US$ 130,5 miliar).

Perbaikan posisi cadev setelah keputusan BI memangkas suku bunga acuannya menjadi 4,25% bakal menjadi indikator bahwa tekanan terhadap aset investasi portofolio di Indonesia masih terjaga, meski spread (rentang) imbal hasil aset Indonesia kian menipis jika dibandingkan dengan aset di negara maju, terutama AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular