Analisis Teknikal

Sentimen Tumpang Tindih, Sesi II IHSG Rapuh & Bisa Merah

Haryanto, CNBC Indonesia
07 July 2020 13:08
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I hari ini, Selasa (7/7/2020) berfluktuasi antara keuntungan dan kerugian meski berhasil masuk wilayah positif di tengah sentimen beragam.

Sentimen positif dalam negeri datang dari laporan data cadangan devisa Bumi Pertiwi untuk bulan Juni 2020 yang naik ke US$ 131,7 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Mei 2020 pada US$ 130,5 miliar.

Namun, penguatan menjadi terpangkas di tengah sentimen negatif seputar jumlah kasus terinfeksi virus corona yang terus menunjukkan penambahan jumlah kasus baru.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 3,98 triliun, dengan investor asing yang mulai beli bersih (net buy) sebesar Rp 30,82 miliar di semua pasar.

Selain itu, volume transaksi tercatat 6,06 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 455.572 kali transaksi.

Saham-saham yang mengalami penguatan di antaranya saham PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS) (12,12%), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) (6,10%), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) (6,05%), sedangkan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) (4,42%) dan PT Elnusa Tbk (ELSA) (4,24%).

Pasar saham kini sedang mengalami masa-masa yang sulit karena beragam sentimen yang saling bertabrakan antara penambahan jumlah kasus virus corona dengan mulai pulihnya kondisi ekonomi yang ditunjukkan melalui data-data ekonomi yang tumbuh meningkat dari periode sebelumnya.

Bahkan sebuah lembaga riset Citi mengatakan dalam laporan ekuitas global triwulannya, yang dipublikasikan Senin kemarin (6/7/2020), menyebutkan tidak akan berharap terlalu banyak bahwa pasar saham akan lebih tinggi dari level saat ini, tetapi akan lebih memilih untuk menunggu penurunan berikutnya.

Hal ini dikarenakan berlanjutnya kerentanan ekonomi global terhadap meningkatnya infeksi Covid-19 dan optimisme pendapatan yang berlebihan sebagai risiko penurunan yang kemungkinan akan membatalkan optimisme yang berasal dari potensi pemulihan dan stimulus besar-besaran bank sentral.

Pada perdagangan sesi II IHSG cenderung bergerak terbatas atau sideways di tengah keberagaman sentimen, sementara indikator BB yang semakin menyempit menunjukkan keterbatasan pergerakan.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot, dengan garis BB yang semakin menyempit setelah menembus resistance terdekat di 5.010 maka, pergerakan selanjutnya diperkirakan untuk terkoreksi.

Untuk melanjutkan penguatan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.010 kembali hingga area 5.040. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 4.975 hingga area 4.950.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan di di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk terkoreksi.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 61, dengan garis yang sudah berada di area jenuh beli atau overbought artinya pergerakan cenderung menurun atau melemah.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot, dengan garis BB yang semakin menyempit maka pergerakan selanjutnya berpotensi koreksi.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular